Elpiji 3 Kilogram di Kabupaten Probolinggo Tembus Rp25 Ribu

Elpiji 3 kg langka di sejumlah daerah di Probolinggo.

Kabupaten Probolinggo, Bhirawa
Menjelang lebaran Idul Fitri 2018, gas elpiji 3 kg terjadi kelangkaan di wilayah Kabupaten Probolinggo. Dampaknya, harga gas bersubsidi tersebut tembus Rp 25 ribu per tabung. Kelangkaan yang sudah mulai dirasakan oleh warga kecamatan Besok dan Kraksaan sekitar 5 hari lalu.
Warga kesulitan untuk mendapatkan elpiji bersubsidi 3 kg, di beberapa toko kelontong yang menjualnya. Meski sukar didapat, saat itu harga jualnya masih diangka Rp 17 ribu hingga Rp 18 ribu. Namun sejak dua hari terakhir, kelangkaan itu semakin menjadi-jadi. Tak hanya sulit, harga jualnya juga melambung tinggi. Harga jual elpiji melon ini sudah mencapai Rp 25 ribu di tingkat pengecer.
“Ya ambil saja ketimbang gak dapat, karena kemarin juga sudah ndak bisa beli karena elpijinya habis,” ungkap Putri warga Besuk. Warga mengaku heran dengan langkanya elpiji bersubsidi tersebut. Apalagi hal itu terjadi menjelang lebaran, masa kebutuhan elpiji meningkat.
Sebab diakhir Ramadhan, biasanya banyak warga membuat kue-kue untuk jamuan pada hari raya maupun untuk kenduri atau selamatan. “Nggak taulah kenapa sekarang langka di toko-toko. Padahal elpiji itu dibutuhkan untuk masak dan membuat kue-kue. Karena banyak warga yang sudah tidak menggunakan kompor minyak tanah atau tungku dengan bahan bakar kayu,” kata Yayuk Kelurahan Patokan, Kecamatan Kraksaan.
Ludiaynto, salah satu pemilik toko kelontong di Kraksaan Kamis 14/6 menuturkan, dirinya tidak tahu kenapa elpiji bersubsidi tersebut langka. Ia mengaku pasokan dari agen yang biasa mengirim elpiji ke tokonya berkurang. Jika pada hari-hari biasa, setiap dua hari ia dikirimi 100 tabung elpiji. Padahal pemerintah daerah kabupaten Probolinggo beberapa waktu lalu menjamin akan terpenuhinya elpiji 3 kg dan menjamin harga tidak aka nada kenaikan.
Buktinya saat ini saya dikirimi tak sampai separuhnya dari biasanya. Kata yang ngantar sudah dari atas ada pembatasan kiriman. Selain itu harganya juga naik tinggi tak seperti sebelumnya, bukan kami yang menaikkan. Meski naik ya tetap kami ambil, kasian warga yang mau masak, katanya pemerintah daerah menambah pasokan elpiji 3 kg, tapi mana itu semuanya tidak terbukti,” paparnya.
Konsumsi elpiji 3 kg atau elpiji melon di Kabupaten Probolinggo sekitar 90 ton per hari. Kebutuhan itu dipasok dari 3 Stasiun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) yang berada di Desa Banyeman, Kecamatan Tongas, Desa Jorongan, Kecamatan Leces; dan Desa Bulang, Kecamatan Gending.
Saat ini, kebutuham warga masih terpantau normal oleh petugas. Namun, tidak menutup kemungkinan pada saat bulan Ramadhan, penggunaan barang bersubsidi tersebut meningkat. Sebab, diprediksi aktivitas memasak warga masyarakat Kabupaten Probolinggo yang mayoritas muslim meningkat.
Akan tetapi kita sudah antisipasi dengan meminta pasokan tambahan kepada pertamina agar tidak terjadi kelangkaan. Karena dimungkinkan adanya peningkatan aktivitas warga,” ungkap Kabag Perekonomian dan SDA Pemkab Probolinggo, Santoso, sidak ke SPBE.
Santoso mengatakan jika nantinya pasokan kurang, maka akan dilakukan penambahan sebesar 15 persen dari kebutuhan normal. Jika dikalkulasi, Pemkab akan mengajukan tambahan ke Pertamina sebanyak 13,5 ton per hari. Artinya ada 103,5 ton elpiji bersubsidi beredar di Kabupaten Probolinggo setiap harinya.
“Ya, lima belas persen Itu minta ke Pertamina jika kebutuhan naik sebesar sepuluh persen. Jika lebih dari Itu, tentunya kami akan mengajukan lebih tinggi. Hal ini untuk menjaga stabilitas harga dan mengantisipasi adanya permainan dari oknum-oknum nakal,” tambah mantan Kepala Perpusda ini.
Penambahan alokasi kuota elpiji 3 kg juga diamini oleh Abdul Khalik, selalu kepala administrasi SPBE Bulang. Di tempatnya setiap hari ada 30 ton elpiji yang disalurkan ke agen-agen. Pada Ramadhan pasti ada peningkatan permintaan dari agen LPG. Peningkatan itu terjadi karena penggunaan do tingkat masyarakat juga alami peningkatan, tambahnya.(Wap)

Tags: