Elpiji Langka, Dinas Indakoptamben Nganjuk Lamban

Pengecer elpiji 3 Kg, mengeluh tabungnya kosong akibat pasokan dari distributor macet karena ditimbun spekulan.

Pengecer elpiji 3 Kg, mengeluh tabungnya kosong akibat pasokan dari distributor macet karena ditimbun spekulan.

Nganjuk, Bhirawa
Kelangkaan elpiji 3kg yang terjadi di Nganjuk dikeluhkan oleh masyarakat, sayangnya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Pertambangan & Energi (Indakoptamben) lamban untuk mengatasi masalah tersebut.
Hingga saat ini tindakan Dinas Indakoptamben hanya melakukan pendataan terkait kekurangan pasokan elpiji tanpa ada upaya untuk melakukan operasi pasar.  Bahkan Dra Rr Heni Rochtanti MM selaku kepala dinas mengaku telah mengetahui adanya kelangkaan elpiji yang disebabkan penggunaan elpiji untuk mesin diesel di sawah. “Saat ini banyak elpiji digunakan untuk bahan bakar diesel pengairan sawah, karena itu Dinas Indakoptamben akan mengajukan tambahan kuota,” ujar Heni Rochtanti.
Namun hingga minggu kelima kelangkaan elpiji berlangsung, tidak ada tanda-tanda pasokan elpiji di Nganjuk akan normal kembali.
Diduga kuat spekulan melakukan penimbunan elpiji 3 Kilogram, sehingga terjadi kelangkaan. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya industr seperti peternakan yang juga memanfaatkan gas elpiji 3 kilogram untuk bahan bakar pemanas ayam.
Hilangnya elpiji dari pasaran sejak sebulan terakhir mengakibatkan harga menembus Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu, bahkan di daerah pelosok pedesaan harga telah mencapai Rp 30 ribu.
Kelangkaan elpiji 2 kilogram di Nganjuk sudah berlangsung cukup lama, sehingga muncul dugaan bahwa elpiji 3 Kg disalahgunakan dengan memindahkan ke tabung 12 Kg. Hal ini banyak dikeluhkan para ibu rumah tangga dan para pedagang kecil.
Fitri (42) salah satu ibu rumah tangga Desa Kwagean Kecamatan Loceret mengaku sangat terkejut setelah mengetahui harga elpiji yang biasanya dibeli dengan harga Rp 17 ribu, sekarang sudah menjadi Rp 20 ribu. “Belum lagi, saat ini beberapa kebutuhan pokok mulai banyak yang naik. Jelas merasa bingung, sebab saya yang mengatur kebutuhan dapur,” tandas Fitri.
Hal senada juga dikeluhkan pedagang gorengan yang mangkal di Jl. Dr. Soetomo Nganjuk,  Naimen (47) warga Kelurahan Kartoharjo, Nganjuk, dirinya sudah mulai merasakan dampak dengan kenaikan elpiji 3 Kg. Setiap hari dia harus mengeluarkan anggaran sebesar Rp 40 ribu karena setiap harinya menghabiskan 2 tabung terkadang bisa 3 tabung saat banyak pembeli. “Jelas terasa berat bagi saya sebagai pedagang, yang menggunakan elpiji,” kata Naimen.
Sementara itu Fajar (40), salah seorang pengecer membenarkan jika harga elpiji 3 Kg yang dijualnya saat ini sudah Rp 18 ribu, dan dirinya mengambil dari agen dengan harga Rp 16.500 ribu. Bahkan stok pengiriman dari agen sendiri saat ini sudah dibatasi, biasanya dia bisa mendapat jatah 20 sampai 50 tabung, tapi saat ini hanya bisa 20 tabung saja. “Katanya sih stok tabung dari distributor juga dibatasi,” kata Budi.
Dijelaskan, Fajar sebagai pengecer dirinya juga selalu terlambat menerima kiriman dari agen. Terbukti  elpiji yang dipesan baru datang sekitar 3 sampai 4 hari, terkadang sampai 10 hari baru menerima kiriman elpiji. “Saya baru menaikan harga ini sekitar 1 minggu, dan kenaikan ini saya samakan dengan pengecer lainya,” jelasnya. [ris]

Tags: