Elpiji Naik, Industri Roti Hentikan Produksi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Kenaikan elpiji kemasan 12 Kg telah mempengaruhi produksi bakeri atau roti yang ada di Surabaya  khususnya usaha untuk kelas menengah kebawah, harga roti yang dijualnya berkisar antara Rp.1500-Rp15.000. Dengan adanya kenaikan tersebut, ongkos produksi menjadi melambung tinggi menjadi 30% dari biasanya.
Budianto, pemilik Blessing bakery mengaku setiap hari menggunakan tiga tabung kemasan elpijidalam proses produksinya, ketika harga naik pada hari pertama kenaikan elpiji, usaha yang ditekuninya sudah merugi ratusan ribu Rupiah.
“ Hari pertama naik, langsung sudah rugi Rp.500.000 per harinya. Karena dari hasil penjualan, sebanyak 40% digunakan untuk membayar karyawan bagian produksi dan penjualan. 20% merupakan modal dasar untuk membeli bahan, dan sisanya keuntungan yang dipotong termasuk listrik dan elpiji,” ujarnya Minggu (14/9) kemarin di Surabaya.
Ia menambahkan, pada hari ketiga kenaikan elpiji dirinya sengaja memberhentikan sementara 10 karyawan yang telah bekerja padanya.Guna melakukan penghitungan ulang dalam produksinya. “ Usaha ini sudah 10 tahun,saya tidak ingin orang yang bekerja membuat dan menjual roti harus berhenti. Mungkin saya akan hentikan selama seminggu atau dua minggu. Jika keadaan sudah bisa dikalkulasikan pasti akan dilanjutkan,” tegasnya.
Beban usahanya bukan hanya dari elpiji saja, tetapi rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) juga menjadi pemicu kenaikan harga, serta naiknya tarif listrik. “Banyak bebannya, listrik yang sudah mengalami kenaikan September kemarin. BBM yang akan mengalami kenaikan. Jadi harganya bisa naik kembali. Kasihan pembeli kami, yang kelas menengah kebawah,” tutupnya. [wil]

Tags: