“Emas Putih” Masih Idaman Petani Madura Dokrak Kesejahteraan

Lahan garam yang siap dipanen di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Pamekasa. [syamsudin/bhirawa]

Pamekasan, Bhirawa
Garam dikenal “Emas Putih” masih menjadi idaman Petani Madura untuk mendokrak tingkat kesejahteraan walau hasil produksi di musim Tahun 2018 masih belum maksimal. Awal musim panen Petani garam sudah bisa menikmati hasil pengolahan lahan garamnya.
Namun kaisan emas putih oleh Petani di wilayah Pamekasan sudah produksi hampir tiga minggu ini sebagian terjual kepada pihak swasta, sebagian di Gubuk-gubuk berada di pinggir ladang garam karena pihak PT. Garam belum melirik karena harga lebih mahal.
Bagi petani harga beli garam berlisar Rp. 1.550 perkilogram dibanding harga PT. Garam hanya Rp. 1.450 perkilogram itu. Kini sudah membuat Petani bisa bernafas lega karena diawal panen saja sudah mahal. Mereka berharap masa panen raya, selain kualitas baik juga harga terus membaik.
“Perbaikan harga menjadi impian setiap Petani seperti Tahun 2017 berkisar antara Rp. 3.800 sampai Rp. 4.000 perkilogram. Jadi pihak PT. Garam maupun perusahaan swasta menaikan nilai beli. Garam kita memiliki kualitas dan menjadi kebutuhan industri maupun konsumsi,” harap Bahrawi, seorang petani asal Kecamatan Pademawu.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pamekasan, Ir. Nurul Widiatutik mengatakan, sejak awal Juli hingga ke depan tidak ada lagi hujan. Maka produktifitas garam di wilayah itu diklaim semakin meningkat.
“Tiga bulan ke depan, yaitu Agustus sampai Oktober kalau tidak ada lagi hujan, produktifitas (garam) semakin meningkat. Kita lihat di awal bulan Agustus ini, kalau memang tidak ada hujan,” ujar Nurul, kepada awak media baru- baru ini.
Dijelaskan, bila musim kemarau tahun ini sampai lima bulan maka hasil produksi garam bisa menyamai hasil beberapa tahun sebelumnya. “Kalau cuaca mendukung maka tahun 2018 produksi garam bisa memcapai 93 sampai 120 hektar, seperti tahun 2015 dan 2016,” tambahnya. [din]

Tags: