Empat Aspek Isoman Nyaman dan Aman

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), dr Arief Bakhtiar SpP

Surabaya, Bhirawa
Isolasi Mandiri (Isoman) jadi solusi alternatif penyebaran Covid 19 ditekan. Apalagi ruang isolasi di banyak rumah sakit untuk pasien positif juga penuh.
Idealnya dilakukan selama 7 sampai 10 hari untuk mereka yang tidak bergejala. Serta 14 hari bagi yang bergejala ringan, dengan catatan 3 hari terakhir sudah tidak ada gejala yang muncul. Lalu bagaimana sebaiknya isolasi mandiri dilakukan?
Ada empat hal yang semestinya dipenuhi selama isoman. Seperti dikatakan oleh Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), dr Arief Bakhtiar SpP. Hal pertama yang dilakukan adalah Rutin Lakukan Evaluasi. Dijelaskan dr Arief evaluasi sangat penting dilakukan selama menjalani isoman. Evaluasi dapat dilakukan dengan memantau suhu badan. Serta rutin mengukur saturasi oksigen pada pasien.
“Jika dalam dua sampai tiga hari kedepan gejalanya semakin memburuk, ya isolasi mandirinya jangan dilanjutkan, segera ke rumah sakit,” ujar dia, Rabu (14/7).
Langkah kedua, menyediakan fasilitas mumpuni. Dalam hal ini dr Arief, menjabarkan tempat tinggal atau rumah dalam kondisi mumpuni selama isoman. Setidaknya ada kamar tersendiri bagi pasien Isoman.
“Lebih baik lagi jika ada dua kamar mandi, sehingga salah satunya dapat digunakan khusus untuk pasien yang sakit,” tuturnya.
Selain itu, kata Arief, idealnya ruang isoman memiliki ventilasi yang baik seperti jendela. Sedangkan ruangan tertutup ber AC akan semakin menambah konsentrasi virus di udara.
Langkah ketiga yakni, ketat dalam menerapkan protokol kesehatan. Menurut Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) itu, selama masa Isoman semua anggota rumah wajib menjalankan prokes dengan ketat. Termasuk selalu memakai masker. Selain masker, disinfeksi juga perlu dilakukan pada tempat-tempat yang sering disentuh, seperti pintu pagar dan meja.
“Untuk makan lebih baik diantar dan menggunakan alat makan sekali pakai. Jika pasien isoman adalah orang tua maka kemungkinan perlu perawatan dari orang lain,” kata dia.
Ia menyarankan agar yang merawat adalah orang yang betul-betul sehat. Karena perawat akan berkontak berat dengan pasien sehingga harus menjalani isolasi juga.
Langkah terakhir yakni, kontak fasilitas medis. Dengan kt lain sebelum isoman, pastikan pasien atau keluarga memiliki kontak dengan tenaga medis atau fasilitas kesehatan. Tujuannya, jika sewaktu-waktu keadaan pasien memburuk, dapat melakukan konsultasi dengan pihak medis.
“Isoman bukan berarti benar-benar terisolasi. Tatap muka dengan anggota keluarga masih bisa dilakukan. Namun, jaraknya harus tetap berjauhan tidak kurang dari 2 meter. Penting untuk disadari bahwa jangan memaksakan isoman. Jika ada perburukan, ya sudah, harus ke rumah sakit atau usahakan ada pertolongan dari pihak medis,” tegasnya. [ina]

Rate this article!
Tags: