Empat Bayi Kembar Siam Dalam Pengawasan RSUD Dr Soetomo

Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD dr Soetomo Agus Harianto saat menjelaskan kondisi kembar siam ke-86 yang dirawat, Selasa (9/1) kemarin. [gegeh bagus setiadi/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Bulan April, empat bayi kembar siam yang baru lahir dalam pengawasan Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo. Namun, tidak semua bayi ditujuk ke RSUD Dr Soetomo karena sejumlah protokol ditentukan sebelum merujuk bayi kembar siam ke rumah sakit tipe A di wilayah Indonesia bagian timur ini.
Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo, dr Agus Harianto, SpA(K) mengungkapkan bayi kembar siam asal Kendari merupakan bayi ke-88 yang ditangani timnya. Kemudian bayi asal Lamongan merupakan ke-89. Bayi asal Probolinggo ke-90 dan bayi asal Ternate- 91.
“Kami ada protokol apakah bayi tersebut tergolong survival atau tidak, kalau survival bisa dipertimbangkan untuk ditujuk,” jelasnya disela kunjungannya di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT), Sabtu (21/4) kemarin.
Saat ini hanya bayi asal Lamongan yang dirujuk ke Surabaya. Sementara tiga bayi lain masih berada di rumah sakit daerah masing-masing. Yaitu di Kendari, Probolinggo, dan Ternate. “Bayi di Kendari lahir paling awal di bulan Maret, perwakilan tim kami memeriksa langsung ke Kendari kondisi bayi,” urainya.
Dikatakannya, kondisi organ vital bayi di Kendari dalam kondisi baik. Hanya saja bagian dada dan perutnya menyatu. Pihak rumah sakit daerah juga menyanggupi untuk merawat bayi di sana. “Kami tawarkan mau dipisah dimana, rumah sakit di sana menyanggupi. Jadi kami buat tim juga di sana, tapi bayi baru bisa dipisah saat usia setahun. Karena area yang menyatu cukup luas,”ujarnya.
Sementara itu, bayi asal lamongan saat ini masih lama ruang NICU di GBPT RSUD Dr SOetomo. Kedua bayi dempet perut dan dada ini memiliki jantung yang terpisah. Hanya saja kondisi jantung mengalami kelainan berat. “Sejauh ini masih diberi asupan protein dan ASI. ASInya dibawakan dari ibunya yang masih dirawah di RS daerah,” urainya.
Kemudian, untuk bayi kembar siam asal Probolinggo memiliki kondisi conjoined twin parapagus atau dempet perut dan dada, serta hanya memiliki sepasang kaki. Namun dari hasil pemeriksaan tim Agus, keduanya tak dapat dipisahkan.
Jika dipaksa untuk dipisahkan, maka akan berbahaya. Apalagi jika salah satu jantung bayinya lemah akan terjadi imbas bayi lainnya. “Kondisi di Lamongan sering tersedak, ini yang bahaya juga buat kedua bayi di LAmongan. Sempat hamper meninggal karena tersedak juga,” tutur Agus.
Untuk bayi kembar siam asal Ternate, sejauh ini hanya diketahui dalam kondisi dempet dada dan perut. Untuk memastikan kondisi bayi, tim kembar siam akan segera berangkat ke Ternate pada Selasa (24/4). “Saya harus lihat langsung untuk melihat apakah bayi ini bisa diselamatkan atau tidak,” ujarnya.
Rencananya, dr Agus akan berangkat ke Ternate bersama dr Poerwadi, spesialis bedah anak. Kemudian spesialis anak dr Mahrus A Rahman dan dr Bambang Pujo Semedi untuk anestesi.
Fenomena banyaknya bayi kembar siam lahir di Indonesia bagian Timur ini belum diketahui. Hanya saja, pada dasarnya bayikembar siam menurut dr Agus berasal dari bayi kembar yang memang belum terbentuk sempurna.
“Pastinya keturunan kembar ada, dan harusnya bisa dideteksi saat kehamilan. Jika memang jenis kembar siamnya tergolong tidak bisa diselamatkan atau tidak bisa hidup, mending diterminasi,” pungkasnya.  [geh]

Tags: