Empat Bulan Kabupaten Nganjuk Krisis Elpiji 3 Kg

Kelangkaan elpiji 3Kg di Kabupaten Nganjuk sejak empat bulan lalu, tetapi belum ada tindakan pasti dari pemerintah atau aparat hukum. [ristika]

Nganjuk, Bhirawa
Warga Kabupaten Nganjuk mengeluhkan dengan susahnya untuk mendapatkan stok gas elpiji khususnya ukuran 3 kg untuk keperluan memasak. Bukan hanya sepekan dua pekan, krisis gas elpiji sudah berlangsung sejak Juni atau tepatnya empat bulan lalu.
“Kita sangat kesusahan mendapatkan gas meski saat ini kita berada di pusat Kota Kabupaten Nganjuk,” jelas salah satu warga Jl Jaksa Agung Suprapto, Malik Arifin (42), Senin (3/9).
Malik menuturkan, sekedar satu tabung gas yang akan digunakan untuk memasak, dirinya harus keliling Kota Nganjuk. Setelah hampir tiga jam Malik mengaku mendapat gas elpiji di Kelurahan Begadung yang jaraknya sekitar 4 Km dari rumahnya. Itupun harga sudah tidak wajar, yakni Rp 22 ribu untuk elpiji tabung 3 Kg.
“Stoknya sedikit hampir belasan pangkalan saya datangi dan semuanya bilang kosong. Kami tidak berharap harga murah lagi bahkan semahal apapun akan kita beli tetapi sangat susah untuk mendapatkan stoknya,”terang Malik.
Sementara itu langkah yang dilakukan Pemkab Nganjuk melalui Asisten Ekonomi Pembangunan (Ekbang) hanya memantau pasokan dari Pertamina yang kondisinya normal. Sementara distribusi dari agen ke pangkalan dan tingkat pengecer luput dari pengawasan sehingga terindikasi kuat adanya penyimbangan distribusi. “Kami sudah koordinasikan dengan Pertamina, bahwa pasokan gas elpiji normal,” terang Kabaghumas Pemkab Nganjuk, Agus Irianto.
Terbukti, banyak gas elpiji 3 Kg digunakan untuk mengoperasikan mesin diesel di sawah yang rata-rata 8 jam. Untuk waktu tersebut, operasional mesin diesel membutuhkan minimal 3 tabung gas elpiji.
Kemudian untuk bahan bakar alat penghangat di peternakan ayam yang juga membutuhkan antara tiga hingga lima tabung gas elpiji tergantung jumlah ternaknya. Namun jika dirata-rata, satu mesin penghangat kecil untuk ternak ayam juga membutuhkan antara dua hingga tiga tabung gas elpiji untuk 8 jam operasional.
Diakui Dodi Sidi Purnomo, koordinator agen elpiji 3 kg Kabupaten Nganjuk, kelangkaan gas elpiji 3 Kg saat ini lebih parah dibanding bulan tiga bulan sebelumnya. Kondisi ini dimungkinkan adanya penggunaan gas elpiji 3 Kg diluar keperluan rumah tangga. Diantaranya untuk operasional mesin pompa air di sawah dan mesin penghangat ayam di peternakan.
Kondisi ini, tegas Dodi, dapat dikatakan sebagai penyimpangan pemanfaataan gas elpiji 3 Kg yang sebenarnya dikhususkan untuk rumah tangga. Namun demikian, Dodi menyerahkan penanganan haal tersebut kepada pemerintah daan Kepolisian. “Semua sudah ada aturannya, gas elpiji 3 Kg diperuntukan apa semua sudah diatur. Tergantung pemerintah dan aparat keamanan yang memiliki kewenangan menindak,” ujar Dodi.
Dodi menjamin, untuk tingkat agen tidak ada penyimpangan distribusi gas elpiji 3 Kg. Namun di tingkat pengecer, Dodi mengaku tidak tahu pasti, apakah gas elpiji 3 Kg juga dijual ke peternakan atau untuk mengoperasikan mesin diesel. “Pengawasan distribusi gas elpiji bersubsidi hanya sebatas tingkat agen dan pangkalan. Lha untuk pengecer mereka bisa menjual kepada siapa saja,” pungkas Dodi. [ris]

Tags: