Empat Bulan Kekeringan Baru dapat Pasokan Air Bersih di Probolinggo

BPBD kabupaten Probolinggo mulai droping air bersih ke wilayah kekeringan.

(BPBD Mulai Salurkan Air Bersih)

Probolinggo, Bhirawa
Memasuki musim kemarau, sejumlah daerah di Kabupaten Probolinggo, mengalami kekeringan. BPBD setempat pun, mulai menyalurkan air bersih, untuk warga. Sejauh ini, ada enam kecamatan yang terdampak krisis air bersih. Petugas BPBD setempat mengirim 5.000 liter air bersih, ke Dusun Uter, Desa Gunung Tugel, Kecamatan Bantaran, Minggu 4/8. Jumlah tersebut, untuk memenuhi sekitar 150 kepala keluarga, dengan 300 jiwa.
Kawasan Desa Gunung Tugel sendiri, tiap tahunnya selalu mengalami kekeringan. Terutama saat musim kemarau. Sehari-hari warga setempat harus mencari air sejauh enam kilometer, ke sumber terdekat. “Ambilnya di Balai Desa Gunung Tugel. Untuk minum, mandi, makan dan minum ternak. Kalau sedang musim hujan, kami tidak kesulitan. Karena langsung menampung air hujan, sebagai stok air bersih,” kata salah satu warga, Astriah Toyyib, Minggu 4/8.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD, Sugeng Supri Sayoga menjelaskan, suplai air bersih semacam ini akan terus dilakukan sampai batas akhir kemarau. “Sejauh ini ada 12 desa di enam kecamatan di Kabupaten Probolinggo, yang mengalami krisis air bersih. Kami ada tim reaksi cepat, yang siap siaga mendistribusikan kebutuhan air bersih untuk warga yang membutuhkan,” terangnya.
Suplai air bersih yang diberikan oleh pemkab setempat melalui BPBD Kabupaten Probolinggo pun, disambut antusias warga. Dalam sekejap, air bersih sebanyak 5.000 liter itu habis. Warga berharap, pemerintah bisa mengatasi permasalahan suplai air bersih warga ini. Terutama di masa kritis seperti musim kemarau.
BPBD Kabupaten Probolinggo melakukan droping air bersih ke Desa Gunung Tugel, Kecamatan Bantaran. Pasalnya, warga harus mondar-mandir menempuh jarak sekitar 2 KM untuk mendapat air bersih, berasal dari sumur bor di desa seberang.
“Karena embung mengering, dapat airnya ya dari desa seberang. Sehari ya bisa sampai 3-5 kali ambil air bersih, itu pun tak gratis. Kita masih harus bayar iuran sebesar Rp 15 ribu untuk listrik sumur bor,” kata Sukisin warga setempat.
Sukisin mengaku bersyukur dengan bantuan air bersih. Pasalnya kekeringan di desanya sudah terjadi sekitar 4 bulan lalu. Akibatnya banyak warga yang akhirnya mencari pasokan air dari desa lain. Droping air bersih ini dilakukan dengan mengerahkan mobil tangki berkapasitas 5.000 liter air bersih. Tiba di lokasi, warga langsung membentuk antrean guna mendapat jatah pasokan air bersih.
Lebih lanjut Sugeng menuturkan, droping ini dilakukan agar warga mudah mendapatkan air bersih. Saya imbau masyarakat segera melapor, jika membutuhkan bantuan air bersih,” terang Sugeng.
Setidaknya sebanyak 12 desa di Probolinggo terancam alami krisis air bersih akibat kekeringan. Ungkap Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi. 12 desa tersebut ada di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Tongas, Lumbang, Bantaran, dan Banyuanyar. Di kawasan itu, sungai dan ladang kering kerontang. Daerah itu menjadi langganan kekeringan saat musim kemarau melanda Kabupaten Probolinggo.
Selain karena tak turun hujan, kawasan terdampak kekeringan ini juga tak memiliki sumber mata air. Sehingga warga semakin kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Warga harus mencari air bersih ke desa lainnya yang berjarak hingga 5 kilometer, agar mendapatkan air bersih.
Warga pun terpaksa hanya mengandalkan pasokan air bersih yang didistribusikan oleh BPBD menggunakan armada mobil tangki. Setiap desa terdampak kekeringan digilir dalam sepekan, agar seluruh desa mendapatkan pasokan air secara merata.
“Ada beberapa desa yang melaporkan kebutuhan air bersih, dan sudah kami cukupi. Dengan cara bergilir sesuai dengan permintaan. Truk tangki air bersih siap menyuplai setiap saat,” kata Anggit. BPBD memprediksi puncak kemarau terjadi pada bulan Agustus ini, sehingga pendistribusian air bersih harus lebih diintensifkan. Diharapkan warga terdampak kekeringan tidak semakin kesulitan mendapatkan air bersih.
Sejauh ini kebutuhan air bersih kami suplai terus. Sampai pasokan di sana habis. Kan kami punya tandon air dan tangki. Mantan Kepala Bappeda ini berharap pemerintah desa dan kecamatan turut berperan aktif untuk melaporkan wilayahnya yang membutuhkan pasokan air bersih.
“Sehingga koordinasi pendistribusian air bersih yang dilakukan BPBD, tepat sasaran melalui jalur komunikasi yang benar,” tambah Anggit.(Wap)

Tags: