Empat Jaladwara Sudah Ditemukan di Petirtaan Kuno Sumberbeji Jombang

Jaladwara keempat yang ditemukan di Situs Petirtaan Kuno Sumberbeji saat aktifitas Ekskavasi oleh BPCB Jatim, Jumat sore (13/09).
[Arif Yulianto/Bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Hingga hari ke-empat aktifitas ekskavasi Situs Pertirtaan Kuno Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang pada Jumat (13/09), tercatat sudah ada empat buah Jaladwara (saluran pancuran air) terbuat batu andesit yang sudah berhasil ditemukan. Satu Jaladwara ditemukan saat survey penyelamatan pada Kamis (01/08) dan tiga Jaladwara lainnya ditemukan saat ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim) di lokasi tersebut.
Keempat Jaladwara itu semuanya berbentuk kepala naga. Jaladwara kedua yang ditemukan pada ekskavasi berukuran Panjang 32 sentimeter dengan lebar 14 sentimeter dan tinggi 20 sentimeter pada Kamis (12/09). Jaladwara ketiga dengan ukuran 58 sentimeter dengan lebar 15 sentimeter dan tinggi 27 sentimeter ditemukan pada Jumat sore (13/09) di kotak F3 di bagian tengah. Dan Jaladwara keempat ditemukan juga pada Jumat sore (13/09) sekitar pukul 16.00 WIB di dekat penemuan Jaladwara ketiga. Jaladwara keempat ini memiliki ukuran panjang 58 sentimeter dengan lebar 17 sentimeter dan tinggi 45 sentimeter.
“Jaladwara keempat ini kondisinya paling utuh dibandingkan ketiga Jaladwara sebelumnya,” ujar Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho kepada Bhirawa, Jumat sore (13/09).
Selain itu, pada hari keempat Jumat sore (13/09), ekskavasi BPCB Jatim di Situs Petirtaan Kuno Sumberbeji juga berhasil menemukan Celupak yang terbuat dari batu dengan ukuran di kotak F2 dengan ukuran panjang 10 sentimeter, lebar 7 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter.
Dengan ditemukannya sejumlah Jaladwara ini, makin menguatkan perkiraan sebelumnya bahwa Situs Sumberbeji merupakan sebuah petirtaan kuno.
“Ditambah lagi hari ini kita juga menemukan struktur penghubung dari saluran air masuk menuju ke bangunan tengah. Tampaknya selain air itu, dia di menej dari saluran air masuk menuju ke bangunan tengah, dan juga keliling di masing-masing dinding. Sehingga kita duga bahwa petirtaan ini pada masanya, terdiri dari banyak pancuran,” papar Wicaksono.
Ditanya lebih lanjut, lazimnya ada berapa buah Jaladwara di sebuah petirtaan kuno, Wicaksono menjelaskan, tidak ada patokan tentang hal tersebut. Dia menambahkan, aktifitas ekskavasi yang dilakukan oleh pihaknya mengikuti data yang ada, namun jika melihat dari jalur-jalur yang ada di dinding Petirtaan Sumberbeji, ditemukan secara jelas bahwa air dimenej keliling ke bagian tengah.
“Nanti kita lihat ada lubang-lubang yang tentunya tempat Jaladwara itu, dan kalau sudah total ekskavasi kita bisa hitung ada berapa Jaladwara di struktur Petirtaan Sumberbeji ini,” terangnya.
Sementara itu di dinding utara yang membujur barat-timur dijelaskannya, pihaknya juga menemukan penggalan relief pada bingkai. Namun sayang sekali lanjutnya, posisinya sudah rusak.
“Di dinding ini kita menemukan dalam kondisi rusak, kita berharap, kita menemukan di bagian-bagian lain yang kita harapkan masih utuh, saya harap ketemu angka tahun ataupun sengkalan-sengkalan Bahasa Sansekerta, sehingga kita bisa memprediksi dari peninggalan masa/era mana. Majapahit era berapa,” sambungnya.
Saat ini tambah dia, penggalian terdalam sudah mencapai kedalaman 1, 7 meter namun masih belum menyentuh dasar petirtaan. Dia berharap, di lokasi penggalian di volume 9 meter X 14 meter itu, bisa dikupas seluruh tanah sampai kedalaman kurang lebih 2, 5 meter.
“Kita duga bahwa lantai (petirtaan) itu, berada di 2, 5 meter dari permukaan dinding struktur petirtaan ini,” pungkas Wicaksono.(rif)

Tags: