Empat Standart Pendidikan Akan Jadi Penilaian Utama Assesor

Ketua BAP S/M Jatim, Prof Roesmaningsih

Dijalankan Agustus, BAN S/M Samakan Presepsi dan Langkah Strategis Akreditasi Instrumen Performance
BAN S/M Jatim/Bhirawa
Penyamaan presepsi, pemahaman dan langkah startegis jadi isu penting yang diangkat oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah Madrasah (BAN S/M) Provinsi Jatim dalam rapat koordinasi daerah tahun 2020 yang digelar Jumat (3/7) lalu.
Sebab, untuk tahun ini BAN S/M Jatim akan menerapkan paradigma baru sistem dan mekanisme akreditasi sekolah/madrasah dari compliance menuju performance. Akreditasi uji coba ini akan dilakukan pada pertengahan Agustus mendatang.
Kepala BAN S/M Jatim, Prof Roesmaningsih mengungkapkan perubahan instrumen ini merupakan konsekuensi terhadap cara pandang akreditasi. Artinya, akreditasi tak hanya ditandai dengan digunakannya instrumen akreditasi satuan pendidikan (IASP) 2020. tetapi mengarah pada perubahan sikap.
Perubahan sikap ini dari assesor, kepala sekolah maupun para pemangku kepentingan. Karenanya, perlu memandang akreditasi tidak hanya sekedar memberi centrang pada butir instrument. Akan tetapi justru menggali informasi untuk mengetahui kinerja dari masing-masing satuan pendidikan.
“Kalau dulu mungkin (asesor) hanya melihat RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) ada apa enggak atau dokumen lain. Jumlahnya sama dengan mata pelajaran yang diberikan atau tidak. Tapi sekarang yang dilihat kalau perpustakaan, nah ini berguna ndak? Ini yang dilihat kemanfaatannya,” jelas Prof Roesmaningsih dikonfirmasi Bhirawa, Kemarin (5/6).
Ia menjelaskan, untuk tahun ini instrumen yang akan digunakan dalam akreditasi menjadi lebih sedikit. Pasalnya hal ini akan lebih menekankan pada tataran empat standart pendidikan. Yakni standart guru dan tenaga pendidik, standard proses, standard pengelolaan, dan standart kelulusan (standart kompetensi lulusan).
“Sedangkan untuk empat standard lainnya hanya cukup melihat data dari dapodik atau EMIS. Jadi assesor itu nanti melihat sekolah bisa diakreditasi kalau ada kecukupan data. Nah kecukupan datanya ini dilihat dari EMIS dan dapodik yang masuk di databasenya kementerian. Sehingga assesor tidak pelu melihat jumlah guru atau buku,” papar dia
Akan tetapi, penilaian langsung menekankan pada kinerja dan kualitas atau performance guru.
“Bukan hanya sekedar kuantitas tetapi pada kemanfaatan dalam implementasinya,” imbuh dia.
Sementara itu, dalam melaksanakan tugas visitasi, Prof Roes menambahkan, dibutuhkan asesor yang paham, professional, berkompeten, menguasai IT, dan memiliki integritas. Persyaratan ini tentu tidak mudah, sebab dari uji kompetensi asesor yang diikuti 13.000 lebih peserta se Indonesia beberap waktu yang lalu, hanya 13% yang dinyatakan lulus. Di Jatim sendiri setidaknya ada 885 asesor dan hanya 11 persen yang dinyatakan lulus.
“Karena itu tanggal 16 Juli nanti kami akan beri kesempatan untuk mengikuti ujian ulang untuk uji kompetensi asesor,” kata dia.
Sementara itu, Plt Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jatim, Toto Basuki mengungkapkan pihaknya tengah menyiapkan kebijakan khusus untuk meningkatkan kualitas kompetensi guru dalam penyusunan RPP dimasa pandemi. Namin, berbeda dengan pelatihan sebelumnya yang tatap muka, pelatihan kali ini dilakukan secara daring.
“Belum semua guru memliki kemampuan melakukan pembelajaran daring. Jadi kami siapkan bimtek model in on in,” ujar dia.
In yang pertama katanya, peserta akan diberikan materi teori selama satu minggu. Kemudian para peserta akan mengikuti on the job learning atau lembar kerja, maksimal 10 hari.
“Setelah mereka mengerjakan lembar kerja mereka mengunggah tugas,” imbuh dia.
Sedangkan In yang kedua yakni bagi pengawas, atau guru yang dinilai mempunyai kinerj bagus selama on the job learning akan memaparkan hasilnya.
“Kami juga memastikan pelaksanaan PPDB ini apakah sesuai regulasi di Permendikbud 44 tentang zonasi atau tidak. Kami sudah melakukan langkah-langkah monev dengn mengundang Dindik kab/kota dan cabdin jenjang SMA/SMK. Kita undang secara bertahap melalui vidcon,” ujar dia.
Pelatihan tersebut sudah dilakukan LPMP sejak April. Pihaknya juga memfasilitasi pulsa bagi peserta untuk mengikuti ujian daring.

Sasar 700 Lembaga untuk Piloting Instrumen Performance
Badan Akreditasi Nasional Sekolah Madrasah (BAN S/M) provinsi Jawa Timur akan menyasar 700 sekolah untuk menjadi pilot projek penerapan penilaian instrumen performa dalam sistem akreditasi tahun 2020.
Ketua BAN S/M Jatim, Prof Roesmaningsih mengungkapkan penerapan penilaian instrumen performa saat ini masih dalam tahap uji coba untuk ratusan sekolah yang tersebar di 38 kab/kota di Jawa Timur. Mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTs hingga SMA/MA, SMK dan SLB. Setelah Rakorda yang dilaksanakan BAN S/M, Dinas Pendidikan kab/kota, Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kab/kota, dan Kemenag kab/kota akan berkomunikasi dengan sekolah-sekolah yang menjadi sasaran.
“Tapi untuk tahun ini hanya 700 sekolah seluruh Jawa Timur. Karena saat ini masih dalam tahapan uji ciba atau piloting,” ujar dia, kepada Bhirawa, Kemarin (4/6).
Dikatakan Prof Roes sapaan akrabnya, Jatim seharusnya melakukan akreditasi untuk lebih dari 8000 sekolah yang diantaranya reakreditasi dan keberadaan sekolah baru. Namun, karena tahap uji coba, BAN S/M hanya menyasar 700 sekolah dari total 5000 sekolah di seluruh Indonesia.
Begitu pun bagi masa akreditasi yang habis tahun ini, namun belum bisa dilakukan visitasi, Prof Roes menegaskan agar sekolah tetap melakukan pengisian by sistem akreditasi. Hal ini dilakukan agar sekolah tidak dirugikan.
“Mengingat saat ini kita berada di situasi pandemi Covid-19, proses akreditasi belum bisa dilakukan. Setidaknya ada 7000 sekian lembaga yang belum bisa divisitasi. yang penting (sekolah) mengisi sistem akreditasi dulu. Nanti sertifikat yang mati akan diperpanjang untuk satu tahun. Dan di tahun 2021 nanti akan di visitasi dengan instrumen (performance, red) yang sudah final,” tegasnya. [ina]

Tags: