Enam Kabupaten dan Kota di Jatim Terbebas Penyakit Kaki Gajah

Surabaya, Bhirawa
Setidaknya ada enam daerah di Jatim yang bebas dari penyakit Falariasis atau kaki gajah yaitu Batu, Blitar, Gresik, Madiun, Mojokerto dan Sampang. Enam daerah ini bebas penyakit kaki gajah dikarenakan pola dan perilaku hidup sehat masyarakatnya dalam menjaga kebersihan lingkungan patut di contoh.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Setyo Budiono menungkapkan, saat ini jumlah penderita kaki gajah di Jatim mencapai 358 orang dan terbanyak didominasi oleh Lamongan sebanyak 56 orang dan Malang 39 orang dan Ponorogo 32 orang.
Tiga daerah ini rawan penyebaran cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Menurutnya, cacing filaria terbagi menjadi beberapa jenis yaitu Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori.
Cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 – 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
“Hampir setiap manusia di tubuhnya terdapat cacing filaria, tergantung bagaimana cacing ini dapat berkembang biak,” jelasnya.
Setyo mengatakan, seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva (L3).
Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena menghisap darah penderita atau dari hewan yang mengandung mikrofolaria. Nyamuk sebagai vector menghisap darah penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu beberapa microfilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk.
“Dalam tubuh nyamuk microfilaria tidak berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa hari dari larva 1 sampai menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya infeksi. Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak,” tuturnya.
Ke depan Setyo meminta dengan diketahuinya penularan penyakit kaki gajah diharapkan masyarakat lebih waspada dalam menjaga kebersihan lingkungan. Banyak kasus yang terjadi di lapangan ada penderita kaki gajah kronis sulit untuk disembuhkan.
”Jika ini terjadi dapat dipastikan penderita akan sulit mendapatkan pekerjaan dikarenakan tubuhnya tidak dapat berfungsi secara maksimal,” ucapnya.
Menanggapi pernyataan di atas, Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, penyakit kaki gajah merupakan sebuah penyakit yang hampir mengidap di seluruh daerah Jatim.
Di Surabaya penderita penyakit kaki gajah sebanyak tiga orang. Tahun 2011 penderita kaki gajah sebanyak dua orang dan tahun 2013 sebanyak satu orang. ”Tahun 2012 Surabaya bebas penderita kaki gajah akantetapi tahun berikutnya ada satu orang yang terkena kaki gajah,” ucapnya singkat. [dna]

Keterangan Foto : Penderita filariasis menjalani pengobatan di RSUD dr Soetomo Surabaya. [dna/bhirawa]

Tags: