Enam Puskesmas Kabupaten Situbondo Sediakan Obat HIV/AIDS

Programer HIV/AIDS Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Heryawan saat memberikan paparan soal layanan penyediaan obat bagi pengidap HIV/AIDS di Kota Santri. [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Beberapa hari terakhir ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Situbondo memiliki perhatian serius bagi para pengidap mematikan bernama HIV/AIDS. Satu di antaranya Dinkes Kabupaten Situbondo memberikan obat secara gratis, sehingga pengidap penyakit HIV/AIDS bisa mengembalikan sistem kekebalan tubuh penderita secara berkala. Ini dilakukan Dinkes Kabupaten Situbondo untuk memudahkan penderita mengambil obat penyakit tersebut.
Menurut Heryawan, Programer HIV/AIDS Dinkes Kabupaten Situbondo saat ini Dinkes sudah menyediakan obat ARV di enam Puskesmas se-Kabupaten Situbondo. Langkah pengobatan HIV/AIDS ini harus segera dilakukan secara terus menerus seperti pasien penyakit kronis yang lain.
Kata Heryawan, pengobatan HIV/AIDS memang harus dilakukan secara terus menerus agar jumlahnya semakin menurun. “Salah satu caranya dengan meminum obat dengan tepat waktu setiap hari. Jika sampai lalai mengonsumsi obat maka pengobatan harus dilakukan dari awal lagi,” ungkap Heryawan.
Masih kata Heryawan, saat ini sistem pengobatan HIV/AIDS bisa dikatakan lebih mudah karena Dinkes Kabupaten Situbondo memiliki obat sendiri dan diberikan secara cuma cuma kepada para penderita. Jika dibandingkan pada beberapa tahun yang lalu, sambung Heryawan, para penderita HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo harus mengambil obat ke Rumah Sakit rujukan di luar kota. “Sekarang sudah lebih enak karena disediakan di Kabupaten Situbondo,” kupas Heryawan.
Heryawan kembali menuturkan, para penderita HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo yang meninggal dunia di Situbondo belakangan ini sudah mengalami penurunan drastis. Itu terjadi, aku Heryawan, karena sistem pengobatan imunitas penderita berjalan bagus.
Dari 247 penderita baru pada tahun 2019 ini, lanjutnya, sekitar 10 orang diantaranya sudah meninggal dunia. Menurut Heryawan, proses penularan pengidap HIV-ADIS lebih sulit dibandingkan penularan penyakit TBC. “Sebab penularan HIV-AIDS hanya melalui hubungan khusus seperti seks bebas maupun jarum suntik. Sedangkan untuk penyebaran penyakit TBC bisa menular melalui kontak langsung saat berkomunikasi antara penderita penyakit TBC dengan warga yang diajak berbicara,” kupas Heryawan.
Heryawan membeberkan, angka penderita HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo mulai dari tahun 2010-2019 mencapai 1.530 orang. Untuk itu, pinta Heryawan, Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo mengajak kalangan masyarakat untuk tidak menjauhi penderita HIV/AIDS. Sebaliknya yang benar masyarakat harus menjauhi penyakit tersebut.[awi]

Tags: