Enggan Melaut, Supermoon Jadi Momok Nelayan Probolinggo

Supermoon membuat nelayan Probolinggo sandarkan perahunya.

Probolinggo, Bhirawa
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Supermoon akan datang. Membuat nelayan di Kecamatan Paiton enggan melaut, hingga stok ikan dan harga melambung. Puluhan pedagang ikan di pantai Matekan, Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton, terpaksa kecewa. Sebab, kapal nelayan yang biasa bersandar di pelabuhan hanya membawa sedikit ikan hasil melaut.
Padahal mereka sudah menunggu kedatangan para nelayan di tempat pelelangan ikan (TPI) itu sejak pagi buta. Mereka hanya mendapatkan ikan dengan jumlah yang sedikit untuk dijual ke pasar tradisional. Selain minim hasil tangkapan, harga jualnya pun naik pada kisaran Rp3.000 hingga Rp5.000 per kilogram. Misalnya ikan tongkol, yang biasanya dihargai Rp.20 ribu menjadi Rp.25 ribu per kilogram. Ikan Nus atau Sotong dari Rp.20 ribu menjadi Rp.23 ribu.
Menurut Indra, nelayan, minimnya hasil tangkapan itu dikarenakan cuaca buruk di selat Madura. Dalam 2 minggu terakhir, tangkapan nelayan sepi. “Sepi, hampir dua mingguan. Sehingga nelayan merugi,” ujarnya.
Pengakuan Indra dibenarkan oleh Subhan, nelayan lainnya. Saat ini, hasil tangkapan nelayan berkisar 5 hingga 7 kuintal saja. Padahal pada cuaca normal, nelayan bisa mendapatkan tangkapan hingga 5 ton, sekali melaut. Dengan hasil tangkap yang minim, menurutnya hanya cukup untuk menutup biaya melaut.
Supermoon, membuatnya kian yakin melayan akan semakin enggan melaut. Karena nelayan dipastikan akan mengalami kesulitan di tengah laut. “Kalau cuaca buruk ya tawur jaring itu. Hasil tangkapannya tidak bisa banyak. Paling dapatnya itu ya cuma lima kuintal, mestinya kalau banyak itu bisa lima ton. Kalau sekarang ya hanya cukup untuk ongkos melaut saja'” terang Subhan.
Berdasarkan rilis dari BMKG, Supermoon muncul sekitar 10 persen lebih besar dari biasanya. BMKG juga memperingatkan masyarakat mewaspadainya. Sebab Supermoon bisa menyebabkan air laut menjadi pasang di perairan Indonesia.
Cuaca buruk ombak besar disertai angin kencang yang terjadi di perairan laut Probolinggo membuat nelayan tak berani melaut. Akibatnya stok ikan sulit didapat hingga memengaruhi harga ikan di pasaran. Bahkan, di tempat pelelangan ikan (TPI) di Mayang kota Probolinggo tidak ada aktivitas bongkar muat ikan.
Harga ikan di pasaran mengalami kenaikan yang cukup drastis. Seorang penjual ikan, Suharin mengatakan, harga ikan memang naik memasuki musim barat, karena tidak ada nelayan melaut. Pedagang juga mendapat ikan dari luar daerah, misal dari Lamongan. Untuk harga ikan golok merah sebelumnya Rp 15 ribu kini jadi Rp 25 ribu, ikan kerapu dan kakap merah sebelumnya Rp 20 ribu kini menjadi Rp 30 ribu.
“Harga naik sudah selama satu bulan, tentu berpengaruh pada penjualan,” ujarnya, Jumat. Harga ikan lain juga mengalami kenaikan, untuk ikan togek dari Rp 15 ribu jadi Rp 25 ribu, ikan trumpah dari Rp 25 ribu jadi Rp 35 ribu, cumi Rp 35 ribu jadi Rp 45 ribu. Sedangkan untuk udang laut dari Rp 70 ribu jadi Rp 100 ribu.
“Ya harga ikan naik semua, karena gak ada nelayan melaut. Ini saja dapat ikan dari nelayan Lamongan yang masih nekat melaut,” Terangnya. Sementara itu, seorang pembeli Mariani menyatakan, memang harga ikan naik. Meski demikian dirinya tetap membeli, karena menjadikan ikan sebagai menu utama.
Namun ada pengurangan pembelian untuk jumlah porsinya, karena harganya mengalami kenaikan yang cukup lumayan. “Misal beli satu kilo, kini belinya setengah kilo, untuk mengatur keuangan saja, tambahnya.(Wap)

Tags: