Entas Kemiskinan, Harus Komit Bangun Market Usaha

Hadi Prasetyo

Pemprov Jatim, Bhirawa
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) Jatim yang ikut pilkada serentak 2018, telah mengeluarkan program-program andalannya, khususnya mengenai pengentasan kemiskinan. Dari semua program andalan itu, para cagub diminta komitmen untuk membangun market atau pasar bagi masyarakat miskin yang baru merintis bisnis atau startup.
Menurut praktisi ekonomi Jatim, Hadi Prasetyo, selama ini pemerintah telah melakukan pemberdayaan ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan. Tapi upaya itu berjalan lambat karena antara program satu dengan program lainnya tidak terpadu atau terkonsolidasi dengan baik. Sehingga terkesan program-program kemiskinan itu berjalan sendiri-sendiri.
“Selama ini, sudah banyak program berupa subsidi atau charity yang diberikan kepada masyarakat. Tapi apakah hanya dengan memberikan bantuan charity itu bisa mengurangi kemiskinan ?. Jawabannya tidak. Kalau mengurangi pengeluaran masyarakat miskin iya, tapi tidak berarti mengentaskannya dari kemiskinan,” ungkap Hadi Prasetyo, dikonfirmasi, Kamis (8/3).
Satu hal terpenting yang harus dilakukan para cagub atau calon kepala daerah jika ingin menurunkan kemiskinan, lanjut mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jatim ini, adalah membantu membuatkan pasar bagi warga yang diberikan bantuan modal untuk merintis usaha. Tidak bisa begitu saja, setelah diberikan bantuan modal mereka dilepas untuk mencari pasar sendiri.
“Contohnya, kalau masyarakat miskin diberikan bantuan rombong bakso kemudian disuruh jualan sendiri, usaha mereka akan mati. Apalagi yang diberikan bantuan rombong bakso itu banyak. Mereka akan bersaing dan bertabrakan. Setelahnya akan mati karena tidak bisa berkembang,” jelasnya.
Jadi, lanjutnya, warga miskin yang diberikan bantuan modal itu harus diberikan fasilitas untuk memasarkan produknya. Sebab bagi warga miskin yang baru merintis usaha pasti akan mengalami kesulitan dalam hal pemasaran. Masalah pemasaran ini, terkadang dilupakan oleh pemerintah.
“Contoh sederhananya, ada keluarga miskin suaminya buruh. Sang istri di rumah tidak bekerja. Lalu diberikan bantuan polybag tanaman sehingga bisa bertanam banyak jenis hortikultura. Saat panen, mungkin hanya panen setengah kilogram setiap hari. Tapi kalau yang diberikan bantuan satu desa warga miskin, satu kilogram itu dikumpulkan di koperasi wanita (kopwan) akan terkumpul banyak. Dari situ, dijual oleh kopwan. Sorenya, kopwan akan bagi-bagi hasil jualannya. Masyarakat miskin itu akan dapat pendapatan setiap hari. Itu nanti akan bisa memberikan pendapatan baru bagi masyarakat miskin,” paparnya.
Di Singapura yang negara sudah maju, kata Hadi Pras, masih mengurus usaha mikro skala rumah tangga untuk dibina dan dikembangkan ke pasar ekspor bagi usaha yang memiliki prospek bagus. “Saya tidak tahu bagaimana detail program pengentasan kemiskinan dari para cagub. Tapi yang pasti masalah market ini penting untuk mengentaskan kemiskinan di Jatim,” pungkasnya. [iib]

Tags: