Eny Kajiro, Pelopor Seni Garnis Asal Bojonegoro

Ibu-ibu dari berbagai daearah di Bojonegoro tampak serius membuat aneka garnis yang dipandu oleh Eny Kojiro.

Sukses Belajar Otodidak, Kini Mengajar Diberbagai Kota Besar di Indonesia
Kab Bojonegoro, Bhirawa
Melalui tangan terampilnya, berbagai macam tumbuhan hortikultura tidak hanya dimasak, tapi juga bisa disulap menjadi berbagai bentuk kerajinan. Buah-buahan dan sayur-sayuran seperti lobak, timun, batang sawi, wortel bisa diubah menjadi seperti bunga mawar, kamboja dan berbagai bentuk unik lainnya.
Dia adalah Eny Kajiro, perempuan asal Mayangkawi, Kabupaten Bojonegoro yang telah menjadi pelopor perempuan Bojonegoro, untuk menjadi terampil mengubah buah dan sayuran menjadi bahan kerajinan garnis.
Bertempat di Warung Aspirasi Bojonenegoro, puluhan ibu dari Kabupaten Gresik, Lamongan, Nganjuk, Bontang Kalimantan Timur, Cilacap, Tuban, Bojonegoro serta Mataram NTB, tampak asyik dan serius membuat aneka garnis yang dipandu oleh Eny Kojiro, perempuan kelahiran 1970 yang merupakan putra asli Bojonegoro.
Eny Kojiro yang menekuni seni kerajinan garnis sejak beberapa tahun lalu. Empat tahun ini dia aktif mengajar membuat garnis dari berbagai macam sayur dan buah. Alumni SMPN 2 Bojonegoro tahun 1985 tersebut sudah melanglang buana di berbagai daerah di Indonesia dan dunia.
Garnis sudah sangat akrab dengan perempuan tiga anak tersebut. Bermula dari usaha kuliner yang di bangunnya, kini garnis menjadi salah satu ilmu yang dipelajari dan diajarkan. “Dalam dunia garnis tak ada kata tidak belajar karena garnis itu senantiasa mengikuti tren dan selalu ada yang baru,” ujarnya.
Berawal dari belajar secara otodidak, itulah penuturan wanita berhijab tersebut. Kemudian ia belajar sendiri dan mencoba membuat, akhirnya mahir seperti sekarang ini. Dirinya menekuni garnis dan Fruit Carving seni mengukir buah. “Saya mendapat 54 mata pisau yang merupakan hadiah dari sang suami yang merupakan warga Jepang, akhirnya saya mulai menekuni usaha garnis,” imbuhnya.
Lebih jauh dirinya mengungkapkan bahwa sebelumnya, ia menggeluti membuka restoran ala masakan Jepang, kemudian tahun 2014 dia mulai beralih dari masakan Jepang ke tumpeng. “Semua saya awali dari hal yang tak disengaja, yakni ada salah satu chef hotel bintang yang memesan garnis,” ceritanya.
Maka dari situlah, garnis menjadi salah satu identitas perempuan bernama asli Eni Susilowati tersebut. Kini, dia mulai mengenalkan garnis dan Fruit Carving. Kemudian sejak tahun 2017 lalu, dia mulai mengajar kelas Garnis dan Fruit Carving, karena banyaknya permintaan dari kenalan dan kolega.
Hasil karyanya harga tumpeng dengan garnis harganya sangat bervariasi mulai dari harga Rp2 juta sampai harga Rp5 juta. ” Untuk kelas mengajar saya kebanyakan mengajar di beberapa kota besar seperti Makasar, Kalimantan, Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Kehadiran saya di sini momentumnya pulang kampung dan mengajar kelas garnis di tempat kelahiran saya,” pungkasnya. [Achmad Basir]

Tags: