Erick Randiestha, Siswa SMKN 7 Surabaya yang Jago Urusan Pendingin

Banyak Pengalaman di Luar, Rajin Ajari Teman di Sekolah
Surabaya, Bhirawa
Belajar tidak hanya bisa dilakukan kelas. Belajar juga tidak harus selalu menerima pelajaran. Karena belajar juga bisa dilakukan dengan memperbanyak pengalaman. Dan ilmu juga akan bertambah dengan cara berbagi bersama teman.
Begitulah prinsip Erick Randiestha dalam menjalani aktifitasnya sebagai siswa SMKN 7 Surabaya. Siswa kelas XII itu punya skill di atas rata-rata untuk urusan alat pendingin. Bukan hanya menonjol di antara teman satu sekolah, Erick juga menjadi andalan bagi Kota Surabaya dalam kompetisi di tingkat provinsi. Terakhir, prestasinya berhasil membawa pulang medali emas  dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Jatim 2017 bidang keahlian refrigerator.
“Waktu itu menang setelah bersaing dengan peserta dari 15 kabupaten/kota se Jatim. Biasanya Surabaya untuk bidang ini tidak pernah menang. Yang langganan kalau tidak Malang ya Pasuruan,” tutur siswa jurusan Teknik Pendingin Tata Udara (TPTU) itu saat ditemui di sekolahnya Jl Pawiyatan Surabaya.
Salah satu tugas dalam lomba tersebut adalah memasang instalasi Air Conditioner (AC). Tidak hanya memasang, Erick juga diminta membuat kondisi AC itu agar mengalami masalah teknis sesuai ketentuan juri. “Normalnya AC itu 1,6 ampere. Tapi di suruh menaikkan jadi 2 ampere. Jadi bukan memperbaiki AC tapi malah disuruh membuat agar AC bermasalah,” tutur dia.
Untuk memecahkan tugas itu, Erick akhirnya menutup kondensor sehingga ampere-nya naik. Umumnya, ampere memang akan naik jika kondensor sudah kotor. Itu sebabnya AC membutuhkan perawatan rutin setidaknya tiga bulan sekali. “Kaitannya dengan trouble shooting (Penyelesaian masalah) seperti ini tidak banyak kita dapat di sekolah. Harus cari pengalaman sendiri di luar,” terang Erick.
Pengalaman saat magang di kelas XI, diakuinya sangat membantu. Selain itu, setiap libur akhir pekan dipakainya untuk bekerja di bidang yang sama. Dua hal itu, kata Erick, yang membuat dia bisa lebih memahami menyelesaikan permasalahan terhadap pendingin.
“Kalau praktikum di sekolah juga sering dimintai tolong mengajari teman. Kadang guru yang minta, kadang juga karena kemauan sendiri. Sebab, kalau kita berbagi ilmu itu kan ilmunya semakin bertambah,” tutur siswa berusia 17 tahun itu.
Selain ahli urusan tata udara hunian, Erick juga jagonya dalam hal lemari pendingin. Di kompetisi yang sama, Erick mempunya dua tugas untuk membuat lemari pendingin ini. Pertama membuat evaporator dari pipa tembaga yang dibentuk seperti ular.
“Tugas ini berat, karena setiap lengkungan ada ukurannya. Semua harus presisi dan pengerjaannya harus bagus. Contohnya hasil pengelasan yang harus rapi,” tandasnya.
Selain membuat evaporator, Erick juga diminta membuat refrigeration hingga berhasil mengeluarkan hawa dingin dalam lemari. Tugas itu dilakukan dengan merakit komponen kondensor ke kompresor. “Tiga hari berkompetisi, kuncinya harus sabar dan teliti,” tutur Erick. Di singgung soal pekerjaan, Erick mengaku untuk sementara libur dulu. Orangtuanya melarang bekerja dan fokus sekolah karena sudah menginjak kelas XII.
Guru pembimbing lomba bidang refrigeration Indra Sasongko mengatakan, tingkat kesulitan dalam lomba jauh lebih tinggi dari standar kompetensi pelajaran di sekolah. Karena itu, siswa membutuhkan latihan khusus agar bisa menang sebagai juara. “Sebenarnya kemenangan ini di luar dugaan. Karena peringkat Erick semula berada di nomor lima, hari kedua nomor empat. Baru saat hari ketiga berhasil meraih ranking pertama,” terang Indra.
Dalam kompetisi selanjutnya, Erick akan dihadapkan dalam LKS SMK Nasional. Dalam ajang tersebut, tingkat kerumitan dipastikan bakal lebih tinggi. Karena itu, siswa harus lebih matang dipersiapkan. “Kalau lihat kisi-kisi tahun lalu, evaporator tidak lagi dibuat lengkungan seperti ular. Tapi sudah dibentuk menjadi kata. Jadi pipa tembaga yang membentuk huruf itu nanti seperti akan membeku.
Kecepatan, kata dia harus benar dipertimbangkan. Sebab, meskipun bagus kalau tidak sesuai dengan waktunya juga percuma. Dalam mengikuti LKS SMK tingkat Jatim lalu, Latihan Erick juga dipacu dalam hal kecepatan. “Kalau soal teknik atau kompetensinya sudah mumpuni. Tapi soal kecepatan ini yang harus latihan khusus,” pungkas Indra.

Bentuk Tim Pembimbing, Berharap Melesat Hingga Tingkat Dunia
Kemenangan yang ditorehkan Erick Randiestha dalam LKS SMK Jatim 2017 menjawab kerinduan sekolah terhadap prestasi yang lama dinanti-nanti. Sejak 25 tahun LKS SMK itu digelar, tahun ini merupakan pencapaian tertinggi yang berhasil diraih siswanya.
“Biasanya cuma dapat perak atau perunggu. Belum pernah mendapat medali emas seperti ini,” terang Kepala SMKN 7 Surabaya Agus Basuki ditemui kemarin, (9/11).
Agus menuturkan, setelah berhasil menang bukan berarti sudah cukup. Masih ada tantangan yang harus dijawab untuk melaju ke tingkat nasional bahkan melesat ke tingkat dunia. Untuk mewujudkan harapan itu, Agus mengaku telah membentuk tim untuk membina Erick. “Dia punya kompetensi yang bagus. Dia juga punya kecerdasan emosional yang bagus. Itu faktor-faktor penting yang harus dimiliki peserta lomba,” kata Agus.
Kendati kisi-kisi untuk kompetisi tingkat nasional belum turun. Pembinaan sudah mulai dilakukan dengan melihat kisi-kisi LKS SMK nasional tahun lalu. Tidak hanya fokus pada satu prestasi ini. Agus juga berharap pencapaian ini menjadi pemicu bagi delapan program keahlian yang lain untuk juga berprestasi.
“Sekolah butuh prestasi sebanyak-banyaknya untuk memperkuat kepercayaan dunia usaha dan dunia industri terhadap lulusan di SMK. Seperti Erick itu, tidak mungkin dia lulus akan nganggur. Dia sudah banyak diincar perusahaan,” kata dia. Meski tidak harus menjadi tenaga kerja, lanjut Agus, skill tetap diperlukan untuk lulusan SMK yang akan berwirausaha atau bahkan melanjutkan ke perguruan tinggi. [tam]

Tags: