Erupsi Bromo Tak Diserta Lava Pijar

Gunung Bromo terus semburkan asap pekat dan terpantau 5 goncangan.

Wisatawan Diimbau Pakai Masker
Probolinggo, Bhirawa
Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Bromo juga dapat perhatian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sejauh ini, Bromo dinyatakan tetap aman untuk dikunjungi. Hampir setiap hari Bromo mengalami erupsi secara fluktuatif namun belum membahayakan.
“Erupsi yang terjadi hanya menyemburkan abu vulkanik dan pasir. Bukan kerikil atau lava pijar yang disemburkan dari kawah Gunung Bromo,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menerangkan, Rabu (20/3).
Pada Selasa 19/3 mulai pukul 06.00-12.00, disebutkan terjadi 5 kali letusan. Asap kawah bertekanan sedang hingga kuat teramati berwarna kelabu dan hitam dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 900-1.500 meter dari puncak kawah. Hujan abu sempat terjadi di Pos Pengamatan Gunung Bromo. “Terdengar suara gemuruh dan dentuman dari kawah,” jelas Sutopo.
Sebelumnya, pada Senin 18/3 pukul 00.00 hingga 24.00 WIB, terjadi 28 kali letusan dengan amplituda 25-34 mm selama 17-889 detik. Tremor menerus amplitudo 0,5 – 30 mm, dominan 2 mm. Tinggi kolom abu vulkanik berkisar 500 hingga 1.500 meter. Asap kawah bertekanan lemah, sedang hingga kuat. Berwarna putih, kelabu dan hitam dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal.
Meski hampir setiap hari erupsi, status Gunung Bromo tetap Waspada (level II). Masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan pengunjung/wisatawan/pendaki agar tidak memasuki kawasan dalam radius 1 km dari kawah aktif Gunung Bromo. Masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo diimbau menggunakan masker dan kacamata untuk menghindari abu vulkanik.
PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) pun terus melakukan pemantauan aktivitas vulkanik. BPBD sekitar Gunung Bromo, seperti BPBD Kabupaten Malang, BPBD Pasuruan, BPBD Lumajang, dan BPBD Probolinggo disebutkan juga melakukan langkah-langkah antisipasi jika ada peningkatan status Bromo. Salah satunya, BPBD membagikan masker kepada pengunjung.
Di sisi lain, aktivitas wisata di Gunung Bromo juga berjalan normal. Sebaran abu vulkanik juga belum mengganggu jalur penerbangan. Sehingga Bandara Abdul Rachman Saleh Malang tetap beroperasi normal. “Masyarakat tidak perlu takut dengan ada erupsi Gunung Bromo. Justru dapat menikmati erupsi yang tidak ditemukan di semua gunung. Di balik erupsi sesungguhnya banyak berkah yang ada,” papar Sutopo.
Apalagi pada Senin lalu, sempat terjadi aliran permukaan menyerupai sungai yang melintas Lautan Pasir Bromo. Hujan yang turun di sebelah barat dari puncak Gunung Bromo di daerah Pasuruan kemudian mengalir melintasi Lautan Pasir di kawasan Gunung Bromo hingga meresap ke dalam Lautan Pasir Bromo.
Meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Bromo jadi perhatian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo. Untuk mengantisipasi terjadinya erupsi, saat ini BPBD telah membuat jalur evakuasi. Jalur itu terhubung dengan titik kumpul, titik kumpul sementara, hingga tempat pengungsian. Yakni sepanjang akses jalan mulai dari Desa Sukapura hingga Desa Ngadisari. Ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo Anggit Hermanuadi.
Selain itu, BPBD akan melakukan koordinasi tentang kesiapsiagaan dan kewaspadaan kepada masyarakat dan otoritas setempat. Termasuk membantu Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Bromo dalam pemasangan alat pantau dan pendirian tenda pos pengamanan di lautan pasir.
Anggit juga mengimbau agar masyarakat tetap tenang, serta memantau perkembangan informasi dari pihak yang berkompeten. Seperti PVMBG, TNBTS, dan BPBD. “Sampai saat ini, wisatawan masih diperbolehkan menikmati keindahan Bromo. Baik itu dari Cemorolawang, Seruni Point, Mentigen, dan sekitarnya,” terangnya.
Sementara itu, hasil pengamatan sejak Minggu (17/3) hingga Rabu (20/3), status Bromo tetap tidak berubah. “Tapi, teramati 5 kali letusan dengan tinggi 1.000-1.500 meter dan warna asap putih, kelabu, dan hitam. Di sekitar PPGA Bromo, hujan abu serta terdengar suara gemuruh lemah hingga kuat,” jelas Kabid Mitigasi Gunung Api (MGA) Hendra Gunawan.
Pantauan meteorologi, aktivitas Gunung Bromo masih tidak jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya. Cuacanya cerah, berawan, mendung, dan hujan. Tiupan angin lemah sampai kencang. Tiupan angin itu ke arah utara, timur laut, timur, barat, dan barat laut. Suhu udara di lokasi berada di angka 12 sampai 21 derata Celsius. Kelembapan dan tekanan udaranya sama-sama 0-0 mmHg. Kalau di sini, volume curah hujan 13 mm per hari.
Hal itu diperkuat dengan visual gunung yang tampak jelas. Asap kawah bertekanan lemah, sedang, hingga kuat teramati berwarna putih, kelabu, dan cokelat dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 1.000-1.500 meter di atas puncak kawah. Tak hanya itu, berkaitan dengan tingkat kegempaan, amplitudo berada di angka 29-30 milimeter dengan durasi 47-58 detik. Tektonik jauh jumlahnya. Amplitudo 32 mm, S-P: tidak terbaca, dengan durasi: 253 detik. Sedangkan untuk tremor menerus (microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-19 mm (dominan 3 mm).
Selain itu, warga diminta mewaspadai bahaya primer maupun bahaya sekunder. Bahaya primer yakni lontaran batu, abu, aliran lava, gas vulkanik, awan panas, dan guguran lava. Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya akibat endapan hasil produk erupsi di lereng atau kaki gunung dan bila terbawa hujan jadi lahar, tandas Anggit.
Terkait dengan bahaya tersebut, dengan status Bromo waspada level II, maka lontaran batu kemungkinan berada dalam radius 1 km dari kawah. Termasuk abu vulkanik yang bisa mengganggu pernapasan bila tidak memakai masker. “Maka dari itu, wisatawan dilarang masuk radius 1 km dari kawah. Serta diimbau untuk memakai masker,” tambahnya. [wap]

Rate this article!
Tags: