Erupsi Makin Diburu

Gunung Bromo, Erupsi, sampai mengeluarkan lahar, mengalir di lautan pasir. Uniknya, setiap erupsi Bromo semakin diburu wisatawan. Status waspada diberlakukan pada areal sekitar 1 kilometer dari kawah aktif. Tetap aman dikunjungi wisatawan, namun tidak boleh mendekat bibir kawah (seperti biasanya). Serta sementara dilarang melintas lautan pasir. Masyarakat Tengger meyakini, “batuk” Bromo membawa berkah penyuburan alam.
Setiap gunung memiliki pola erupsi berbeda. Termasuk periode (siklus), ritme, dan “arah buang” debu lava. Seperti semburan tipis gunung Bromo, sehari setelah perayaan Kasada. Ini erupsi kedua selama tahun 2019. Sebelumnya telah terjadi pada pertengahan bulan Pebruari. Hanya erupsi kecil sebagai rutinitas. Berdasar siklus, belum saatnya erupsi periodik lima tahunan. Potensinya baru akan nampak pada tahun 2020.
Bahkan sudah cukup lama gunung Bromo tidak pernah erupsi besar berdampak menyengsarakan masyarakat. Bromo masih menjadi tujuan wisata pegunungan paling populer. Bahkan pada awal Juli (2019) lalu, gunung Bromo memberikan “bonus” pemandangan berupa hamparan salju tipis. Menyelimuti seluruh permukaan pohon, dan kaldera lautan pasir. Panorama makin indah. Kini luruhan lahar dingin bagai mencairkan salju.
Gunung Bromo selalu menarik, walau tiada pendakian. Selama sebulan (hingga akhir pekan ketiga bulan Juli) tercatat lebih dari 90 ribu wisatawan mengunjungi TNBTS. Biasanya untuk melihat keindahan sunrise (matahari terbit), dimulai lepas subuh. Sekarang bertambah suguhan berupa erupsi tipis. Batu pijar yang keluar dari mulut kawah, luruh pada areal sekitar radius 500 meter. Sedangkan abu vulkanik, terdorong angin ke arah barat (kawasan Poncokusumo, Malang).
Kaldera Tengger (lautan pasir) masih ditutup, karena dialiri lahar dingin. Berdasar sigi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), lahar bukan berasal dari perut magma. Melainkan sisa lahar di punggung dan puncak yang tergerus air hujan. Pada akhir pekan lalu, tidak seperti biasanya, hujan gerimis turun dengan intensitas 0,4mm. Pertanda suhu di langit Bromo mulai menghangat. Seolah-olah memberi informasi saat tepat dimulainya periode ke-wisata-an di TNBTS (Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru).
Erupsi Bromo, menurut sigi PVMBG, juga dampak gempa bumi di pantai selatan Bali. Menyebabkan peningkatan tekanan pada magma. Sampai terdengar dentuman dari dalam perut magma. Pos pantau gunung Bromo di Cemoro Lawang Desa Ngadisari, Sukupara (kabupaten Probolinggo) mencatat gambar gempa tremor 1 milimeter. Asap membubung sampai 300 meter di atas gunung. Lagi-lagi, seluruh “ulah” erupsi Bromo malah menarik antusias wisatawan.
Alam sekitar Tengger yang elok, berbalut budaya. Saat ini statusnya masih “waspada.” Dalam radius 1 kilometer disarankan waspada. Terutama pendakian dari arah barat, karena akan menantang hembusan asap, dan partikel abu. Sedangkan kawasan kaldera Tengger (yang luas), telah memadai. Cukup luas untuk menampung jatuhan batu pijar yang terlontar dari magma.
Gunung Bromo, lebih “ramah,” berbeda dengan gunung berapi lain di Indonesia. Catatan pertama erupsi zaman belanda, dimulai pada awal abad XIX (tahun 1804). Lebih dari 200 tahun, hampir seluruh erupsinya tergolong strombolian. Tidak ada erupsi besar, tidak ada guncangan gempa vulkanik. Bahkan batu pijar yang dilontarkan bisa menjadi batu akik yang indah, jenis obsidian. Sedangkan abu vulkanik-nya, bisa menyuburkan tanah.
Kawasan Bromo masih dipasang kamera CCTV memantau aktivitas per-detik. Kamera CCTV sangat penting, karena biasanya wisatawan memanfaatkan erupsi sebagai fenomena alam menakjubkan. Lontaran batu pijar, dianggap kembang-api alam, sebagai bonus ke-wisata-an. Selain sebagai lokasi paling indah di dunia untuk melihat sunrise (matahari terbit).

——— 000 ———

Rate this article!
Erupsi Makin Diburu,5 / 5 ( 1votes )
Tags: