Euforia Panen Hasil Belajar: Tantangan dan Strategi

Oleh:
Yogyantoro
Pendamping Guru Penggerak Angkatan 3

Setiap guru di Indonesia dituntut untuk dapat aktif mengikuti program guru pembelajar, peningkatan kompetensi pembelajar (PKP) atau program pendidikan guru penggerak (PPGP) dalam upaya meningkatkan kompetensi pengembangan profesi, pengetahuan profesional maupun praktik pembelajaran profesional (pedagogi). Pada PPGP, berbagi praktik baik, pameran hasil praktik baik (best practice) dan kolaborasi dengan komunitas sekitar menjadi agenda pada lokakarya ke-7 PPGP yang mengusung tema festival panen hasil belajar. Sebelum mengikuti lokakarya ke-7 para calon guru penggerak (CGP) telah mendapatkan gemblengan materi tentang pembentukan komunitas belajar, perumusan visi dan aksi sekolah yang berpihak pada murid, pengelolaan program dalam pengembangan sekolah, pengembangan guru yang berpihak pada murid dan guru sebagai pemimpin dalam pembelajaran serta pendampingan dalam pengembangan diri yang berkelanjutan.

Selanjutnya para CGP diharapkan mampu menyusun rencana kerja dan rencana keberlanjutan. Setelah CGP lulus maka dapat menyandang gelar guru penggerak yaitu guru yang dapat berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang mampu mendorong tumbuh kembang murid serta mampu menggerakkan komunitas belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru saat ini yang fokus pada prestasi akademik peserta didik akan bertransformasi menjadi guru penggerak yang akan melahirkan profil pelajar Pancasila. Guru penggerak yang yang telah menempuh perjalanan yang cukup panjang yaitu mengikuti sederetan lokakarya dan pendampingan diharapkan mampu mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah dan menjadi coach atau mentor bagi rekan guru lain.

Profesi guru adalah profesi yang serius dan berwibawa karena mendidik calon-calon pemimpin bangsa. Sistem pembelajaran di kelas oleh guru harus banyak mengasah kecakapan bernalar yaitu kecakapan berpikir tingkat tinggi atau higher-order thinking skills (HOTs). Saat ini rendahnya nilai kebangsaan, integritas dan moral merupakan hasil tak langsung dari miskinnya budaya bernalar dalam dunia pendidikan. Kecakapan berpikir tingkat tinggi, yaitu dengan meminimalisasi kemampuan mengingat (recall) dan memaksimalkan ide-ide kritis sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan eksternal atau globalisasi seperti kemajuan teknologi dan masalah lingkungan hidup.

Misalkan dalam mengajarkan teks narasi tentang cerita Kancil seorang guru dapat mengembangkan kecakapan berpikir tingkat tinggi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang evaluatif seperti: do you thing Kancil has done the right thing?, pertanyaan-pertanyaan yang analisis seperti: in what ways are Kancil and Crocodile different? atau guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong peserta didik menciptakan karya seperti: compose letter of apology from Kancil to Crocodile! Kita dapat melihat 3 (tiga) catatan penting pendidikan global dalam laporan World Development Report (WPR) 2018 tentang pendidikan dengan judul Learning to Realize Education’s Promise yaitu pertama, di ruang kelas saat ini terjadi krisis pembelajaran. Kedua, guru yang dianggap sebagai faktor keberhasilan pembelajaran, sebagian besar tidak terampil dan tidak termotivasi mengajar. Ketiga, setiap negara perlu meyelaraskan keseluruhan sistem pendidikannya agar proses pembelajaran terjadi,termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai alat efektif untuk mendorong pembelajaran.

Tugas guru penggerak dalam menjawab tantangan-tanntangan di atas perlu tetap berbegang pada tujuan yang lebih tinggi dalam setiap proses pembelajaran yaitu pertumbuhan jasmani dan rohani, pengembangan kompetensi sosial dan akademik dan penguatan integritas moral melalui perwujudan profil pelajar Pancasila. Muatan profil pelajar Pancasila diantaranya: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong-royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Saat ini mulai berkembang industri-industri kreatif yang bersifat eksklusif dan unik, oleh karena itu dunia pendidikan memiliki peran penting dalam upaya menciptakan generasi milenial yang produktif.

Laporan Global Education Monitoring 2016 menyatakan dunia pendidikan harus mengonstruksikan kreativitas, pemikiran kritis, kerja sama, penguasaan teknologi dan literasi digital. Strategi yang dapat dilakukan oleh guru penggerak adalah menghindari penerapan pedagogi tradisional yaitu memberi ruang besar bagi guru secara dominan untuk mengatur setiap proses pembelajaran kemudian peserta didik diposisikan seperti bejana kosong yang pasrah menerima dan mencatat apa yang dianggap kebenaran oleh sang guru. Sebaliknya, guru penggerak perlu untuk menerapkan pedagogi egalitarian yaitu mengedepankan pembelajaran yang lebih partisipatif, penuh dialog, terbuka dan reflektif yang sesuai dengan iklim demokratisasi di Indonesia.

Guru penggerak dapat membiasakan penerapan pola pembelajaran alur merdeka yang meliputi mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, refleksi terbimbing, demonstrasi konstektual,elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata. Selanjutnya dilakukan kegiatan refleksi dalam kegiatan pembelajaran dan tentu tetap melibatkan peserta didik dalam melalukan refleksi di kelas dengan menggunakan model BAGJA yaitu buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana dan atur eksekusi atau model GROW yaitu goal, reality, options dan will. Guru dan peserta didik dapat pula menggunakan model-model refleksi yang lain seperti storyboard, DEAL, segitiga, teknik 6 (enam) topi, tangga kesimpulan, kaizen, the golden circle, 4F dan-lain-lain.

Semoga PPGP dapat melahirkan guru-guru milenial yang memiliki ide-ide kuat untuk membantu peserta didik menghasilkan karya orisinal yang sesuai zaman, memiliki multikompetensi, menggeser pola pembelajaran di kelas dari pasif menjadi aktif dan fokus pada penerapan analisa, evaluasi dan sintesa dalam kegiatan pembelajaran. Kita perlu belajar dari praktik pendidikan yang dilakukan almarhum Romo Mangun bahwa pendidikan akan mengantar dan menolong peserta didik mengenali potensi diri agar menjadi manusia mandiri, dewasa dan utuh. Manusia yang merdeka sekaligus peduli dan solider dengan sesama manusia. Upaya ini dilakukan sebagai ikhtiar untuk meraih kemanusiaan yang sejati, seirama dengan lirik mars guru penggerak: guru penggerak menghamba pada murid, kreatif rancang pembelajaran, hargai potensi tingkatkan prestasi, lahirkan profil pelajar Pancasila.

——– *** ———

Tags: