Evaluasi Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia yang berkualitas adalah salah satu kunci utama dari suatu kemajuan negara, menjadi logis adanya jika pembangunan pengkualitas manusia perlu mendapat titik perhatian krusial di negeri ini. Seperti halnya, fokus sasaran pembangunan jangka menengah Indonesia 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui indeks pembangunan manusia (IPM). Merealisasikan hal tersebut, tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Untuk itu, kedati dalam situasi pandemi covid-19 pemerintah pun tidak hilang fokus pada pembangunan manusia. Realitas tersebut sekiranya bisa dikaji dan dianalisis melalui capaian data-data yang ada.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Indonesia mengalami peningkatan. Pada 2019, IPM Indonesia mencapai 71,92 meningkat sebesar 0,53 poin atau tumbuh sebesar 0,74 persen dibandingkan tahun 2018. Pada 2020 mencapai 71,94 atau tumbuh 0,03 persen dibandingkan tahun 2019. Dilanjutkan pada 2021 nilai IPM 73,34, meningkat 0,64 dibandingkan data tahun 2020 yang bernilai 72,70.

Secara kuantitatif data BPS tersebut menujukkan bahwa IPM mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun, namun peningkatan tersebut belum cukup mencerminkan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia sudah tinggi. Pasalnya, merujuk dari data United Nations Development Programme (UNDP) memberikan skor 0,707 untuk Indonesia. Dengan skor ini Indonesia berada di peringkat 6 di Asia Tenggara. Itu artinya, di Asia Tenggara IPM Indonesia masuk dalam kategori relatif rendah.

Rendahnya kualitas SDM tentu berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Disinyalir sistem pendidikan kita masih tertinggal dari negara-negara lain. Mestinya, melalui amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bisa cukup mampu menginspirasi rancangan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan di lapangan. Namun rupanya tidak, akibatnya lembaga pendidikan kita kurang mampu menghasilkan lulusan SDM yang berkualitas, yang berkompeten dan bisa bersaing di pasar kerja global, tentu jika hal tersebut terbiarkan akan berpengaruh pada masa depan IPM di negeri ini.

Masyhud
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: