Evaluasi Program Mitigasi Bencana

foto ilustrasi

Indonesia sebagai negara dengan bentuk kepulauan dan memiliki dua iklim panas dan hujan, tentu tidak luput dari terjadinya suatu bencana alam. Baik panas yang berakibat kemarau dan kekeringan, diikuti musim hujan dengan curah hujannya. Menurut Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Indonesia dalam pemetaan risiko hampir 78% kota/kabupaten berisiko tinggi dengan bencana banjir dan longsor.

Selain itu, Indonesia merupakan negara yang berada dalam Cincin Api Pasifik atau biasa disebut kawasan Ring of Fire. Dalam Lingkaran Api Pasifik ini setidaknya ada 450 rangkaian gunung berapi aktif dan tidak aktif yang berbentuk lingkaran tidak sempurna yang membentang di sekitar Lempeng Laut Filipina, Lempeng Pasifik, Juan de Fuca dan Lempeng Cocos, serta Lempeng Nazca. Banyaknya aktivitas seismik di wilayah ring of fire menjadi konsekuensi kerentanan terhadap negara yang ada diatasnya karena memiliki ancaman gempa bumi, tsunami, serta dampak lanjutan dari bencana yang terjadi.

Berangkat dari kenyataan itulah, maka tidak pelak lagi, Indonesia ibarat “Negara Api” yang harus terus memitigasi bencana alamnya. Oleh sebab itu, refleksi kebencanaan menjadi sangat penting untuk menentukan dan menyusun strategi yang lebih baik pada masa mendatang. Salah satunya tentang proses mitigasi yang sudah berjalan ada beberapa poin penting yang sepertinya perlu ditekankan yaitu penguatan kelembagaan, peran serta kolaborasi antarlembaga terkait dengan kebencanaan. Dilanjutkan, perlunya sistem yang integratif dalam penanganan bencana agar dapat berjalan secara sistematis dan efisien. Terlebih, sejatinya Indonesia memiliki lembaga-lembaga yang kredibel menangani kebencanaan yang selanjutnya tinggal memperkuat jalur koordinasi antarlembaga dalam penanganan bencana.

Untuk itulah kita perlu mengetahui aspek strategi (kultural, sosiologis dan kebijakan) dalam membangun dan penanggulangan mitigasi bencana bencana. Dilanjutkan, mengintensifkan peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang perlu terus diperkuat dalam penanganan kebencanaan di tingkat daerah, setelah sistem koordinasi terbentuk maka tinggal membentuk sistem mitigasinya yang berorientasi pada kegiatan penanganan yang efektif dan efisien.

Asri Kusuma Dewanti
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Rate this article!
Tags: