Evaluasi Uji Coba IASP 2020, BAN S/M Jatim Ajukan Masukan ke Pusat

foto ilustrasi

Dilakukan Secara Daring, Terkendala Observasi Lapangan dan Akurasi Data
BAN S/M Jatim, Bhirawa
Uji coba instrumen baru akreditasi mulai diterapkan tahun ini. Setidaknya ada 18 lembaga yang menjadi sasaran dalam uji coba pada 29 hingga 30 September 2020 lalu. Dengan rincian 12 lembaga dari Surabaya, satu lembaga dari Mojokerto dan Gresik, serta dua lembaga dari Malang dan Sidoarjo. Hasil evaluasi uji coba akan diajukan ke Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) pusat.
Ketua BAN S/M Jatim, Prof Maria Veronika Roesminingsih mengungkapkan, uji coba Instrumen Akreditasi Satuan Pendidikan (IASP) tahun 2020 yang meliputi penilaian standart guru dan tenaga pendidik, standar proses, standar pengelolaan, dan standar kelulusan (standar kompetensi lulusan), dilakukan untuk memperoleh informasi terkait keterbacaan instrumen baru yang akan diterapkan tahun ini. Diantaranya, melihat validitas dan reliabilitas yang tertuang dalam butir – butir instrumen untuk mengukur apa yang sudah diukur.
“Kedua tingkat keajekan. Apakah yang dilakukan di Surabaya, di Jatim, di Papua bisa memberikan hasil yang konstan. Kalau hasilnya sama kan bagus, tapi kalau berbeda – beda ini persepsi orang bermacam – macam,” ungkapnya kepada Bhirawa, Senin (5/10).
Terakhir yakni untuk melihat kesesuaian antara Juknis dengan rubik (dari indikator capaian kinerja, red).
Jadi sudah ada rambu – rambu, bisa dapat nilai empat kalau memenuhi kriteria ini. Nah tiga hal ini tujuan uji coba. Karenanya uji coba ini sifatnya terbatas, untuk Jatim hanya ada 18 lembaga.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, uji coba kali ini dilakukan secara daring melalui media zoom. Mengingat masa pandemi Covid 19 masih belum berakhir. Karenanya Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini menuturkan, ada beberapa kendala selama uji coba IASP 2020. Diantaranya, fasilitas internet yang dimiliki sekolah tak memadai, tidak terbukanya informan karena berada dalam satu tempat dengan kepala sekolah.
“Pada visitasi online ini kecenderungan mereka yang menjadi narasumber atau informan tidak tinggal di rumahnya. Tapi kumpul di sekolah. Dan ini ketika informan berbicara tidak terbuka, karena takut pembicaraannya tak sesuai dengan apa yang dibicarakan kepala sekolah. Maka dibuatkan breakout room untuk memisahkan informan dengan kepala sekolah,” ujarnya.
Disamping itu, observasi sulit dilakukan dengan penerapan sistem Daring, karena akurasinya juga sulit. Kemudian, telaah dokumen yang terbatas saat diunggah. ”Kalau Daring tak bisa melihat secara menyeluruh. Apalagi kendala waktu yang pendek dalam memperoleh data yang akurat ini juga sangat sulit. Dan ini hal baru bagi kita berkomunikasi lewat sistem Daring karena harus banyak penyesuian dan belajar juga,” jabarnya.
Beberapa catatan juga akan menjadi evaluasi BAN S/M Jatim untuk diajukan ke pusat. Seperti jumlah soal dalam mengisi angket instrumen yang mencapai 300 butir. Selain itu, dengan waktu yang singkat data dari sekolah yang diunggah sebagai bukti – bukti dokumen dan informasi sangat terbatas sehingga pihaknya tidak mendapatkan gambaran secara utuh. Apalagi, pada IASP 2020 ini data digambarkan dengan kinerja. Misalnya menggunakan video pembelajaran, youtube atau video ektrakulikuler yang digunakan dalam pembelajaran.
“Kami masih bahas evaluasinya dan nanti akan dianalisis oleh tim. Jadi kesulitan yang terjadi kemarin akan jadi bahan masukan ke pusat,” ujar dia.
Prof Roes-sapaan akrab Prof Maria Veronika Roesminingsih berharap, dengan adanya uji coba dan piloting IASP 2020 ini, BAN S/M pusat bisa membuat instrumen yang lebih sederhana agar lembaga bisa dengan mudah memahami.
“Katakanlah langsung merujuk ke bukti – bukti sehingga assesor bisa langsung mengarah kesana. Apakah ke link youtube atau video yang bisa diakses. Tapi memang tidak semua sekolah mempunyai fasilitas. Selain itu waktu yang diberikan untuk dua hari satu lembaga ini sangat kurang. Paling tidak assesor butuh minimal tiga hari dua hari untuk melototi sekolah, satu hari baru dipakai nyusun instrumennya,” pungkas dia.

700 Lembaga akan Jadi Pilot Projek Penerapan IASP 2020
Sementara itu, Sekretaris BAN S/M Jatim, Muji Raharjo, menyebut 18 sekolah yang mengikuti uji coba penerapan IASP 2020 ini meliputi semua jenjang. Mulai SD, SMP/MI, SMA/SMK, dan SLB.
“Jadi sekolah-sekolah yang ikut dalam uji coba ini memang dipilih pemerintah pusat secara merata. Dalam artian ada yang nilai akreditasinya bagus, tengah – tengah dan rendah,” katanya.
Ditambakan Muji, dari 8.700 lebih lembaga yang reakreditasi tahun ini, 700 diantaranya merupakan pilot projek penerapan instrumen baru atau IASP 2020 yang rencana akan mulai dilakukan pada awal November.
“Kita akan analisis bentuk Daring dan Luringnya, bagaimana dari hasil uji coba 18 lembaga ini. Sedangkan, ada 8 ribu sekolah yang akan melakukan perpanjangan akreditasi akan divisitasi pada 2021 mendatang. Sehingga diharapkan, di tahun depan IASP 2020 sudah diterapkan di seluruh sekolah,” urainya. [ina]

Tags: