Explore The Heritage of Kediri

Koleksi salah satu desainer dengan motif kuda lumping yang dipamerkan dalam peragaan busana  di Jalan Basuki Rahmat Kediri,  Minggu (20/11).

Koleksi salah satu desainer dengan motif kuda lumping yang dipamerkan dalam peragaan busana di Jalan Basuki Rahmat Kediri, Minggu (20/11).

Kediri, Bhirawa
Sejumlah desainer unjuk kebolehan dengan mengeksplorasi batik dan tenun ikat khas Kota Kediri  yang dipamerkan langsung dalam kegiatan peragaan busana di kota ini, Minggu (20/11).
Lenny Agustin, salah seorang desainer yang ikut unjuk kebolehan dalam peragaan busana itu mengatakan, ia mengangkat motif kuda lumping. Ia merasa tertarik dan ingin lebih mengeksplorasi motif ini di baju.
“Di daerah lain ada, tapi saya rasa tidak sebanyak eksplorasi di Kediri. Saya juga banyak ke daerah yang ada kuda lumpingnya, misalnya Jateng, Jatim, tapi yang dimasukkan ke dalam motif saya lihat di Kediri, makanya ingin eksplorasi lagi,” katanya setelah peragaan busana di Jalan Basuki Rahmat Kediri.
Ia pun mengatakan, sebelum peragaan busana di Kediri ini, sebelumnya desainernya ini sudah ditampilkan dalam sejumlah ajang peragaan busana tingkat nasional dan Asia, yaitu di Jakarta Fashion Week 2017, serta Malaysia. Beberapa agenda peragaan busana di kota Asia lainnya juga sudah menanti pada 2017, dan akan mengusung motif tradisional, salah satunya kuda lumping.
Ia mengaku, mengemas motif kuda lumping di baju dengan ukuran besar dan strukturnya selaras dengan desain baju, tubuh manusia, adalah tantangan tersendiri. Selama ini, perajin membuat motif ini dengan ukuran kecil-kecil.
Namun, ia nyatanya berhasil membuat desain motif tersebut dan mengaplikasikannya di baju. Saat ini, desain yang dibuatnya lebih pada baju perempuan.
“Animonya banyak, dan di kalangan fashionista sangat surprise. Pelanggan laki-laki juga menginginkan motif kuda lumping itu ada dan motif ini ketika diaplikasikan ke baju siluetnya saya bentuk jadi baru, misal kepala dieksplorasi bulat, mengesankan,” paparnya.
Selain Lenny Agustin, desainer lainnya juga menampilkan karyanya dalam peragaan busana tersebut, yaitu Hannie Hananto. Seperti penampilannya yang mengenakan hijab, ia membuat baju tertutup dengan dominan warga gelap, seperti cokelat, hitam, maupun abu-abu.
Dalam atraksi tersebut, juga terdapat desain baju dari berbagai koleksi lainnya, yaitu dari Nina Collection, Zalma Boutique, maupun dari pelajar SMK Negeri III Kediri. Para pelajar itu juga tidak mau kalah membuat desain baju, yang juga menarik.
Istri Wali Kota Kediri Ferry Silviana Feronica mengatakan kegiatan peragaan busana ini sengaja digelar, sebab ia ingin agar kain dengan motif tradisional dari Kediri bisa semakin dikenal luas oleh publik. Dalam kegiatan ini, sengaja diambil tema Explore The Heritage of Kediri.
Ia menyebut,  heritage sebenarnya maknanya luas bukan hanya bangunan, tapi juga ada budaya, makanan tradisinal daerah. Ia dengan tim mengambil fokus pada kesenian jaranan yang menjadi salah satu kesenian tradisional di Kediri. Selain itu, juga mengangkat kain tenuk ikat.
“Jaranan itu salah satu kesenian tradisional di Kediri. Inspirasinya dari situ. Kain tenun ikat dan batik menjadi bagus, keren diaplikasikan dalam semua tema aktual, mau baju kerja, pesta, baju sehari-hari semua bisa,” katanya.
Perempuan yang akrab disapa Bunda Fey ini juga berharap dengan motif yang lebih dikembangkan ini, masyarakat di Kediri, dari muda sampai tua lebih mencintai kain tradisional yang mereka punya.
Kegiatan ini dihadiri ratusan penonton dan tamu undangan. Acara ini juga menjadi incaran puluhan fotografer, sebab panitia membuat lomba foto dengan spot peragaan busana tersebut. [van,ant]

Rate this article!
Tags: