Fashion Ramah Lingkungan Sasar Anak Muda

Aryani Widagdo, fashion educator yang mengisi Talkshow: Berkreasi sambil menjaga bumi dalam festival literasi Surabaya, Kamis (14/12) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Zero Waste Fashion merupakan pola pikir baru untuk meminimkan sampah dalam proses produksi busana. Hal ini menjadi bagian dari Festival Literasi Surabaya sebagai media edukasi generasi muda diadakan di BG Junction, Kamis ( 14/12) kemarin.
Fashion educator yang mengisi Talkshow: Berkreasi sambil menjaga bumi, Aryani Widagdo mengungkapkan pentingnya edukasi zero Waste Fashion ini bagi generasi muda. Apalagi kain yang terkumpul dalam sisa produksi ini sangat banyak dan terbuang sia-sia. Sehingga disetiap produksi busana bisa memanfaatkan semua bahan tanpa mengurangi nilai busana yang nyaman digunakan.
“Ini pertama kali saya membicarakan fashion bukan di depan orang yang berada di dunia mode. Tapi saya cukup senang karena wawasan ini akan semakin banyak diketahui masyarakat,”ujarnya.
Ia mengungkapkan, fashion merupakan penghasil limbah terbesar nomor dua di dunia setelah minyak. Padahal kebutuhan untuk zero waste di dunia fashion sangat mendesak. Di luar negeri, kata dia, mode dengan satu kain tanpa sisa sudah banyak dikembangkan. Bahkan, mereka telah punya pakar zero waste mode.
Aryani menyebutkan beberapa pakar di antaranya mulai Timo Rissanen, Holly McQuillan, dan Mark Liu. Namun, di Indonesia, gerakan zero waste belum terlalu masif. “Belum ada juga desainer Indonesia yang menghasilkan pola desain zero waste,” ungkapnya.
Ketua Pelaksana, Wina Bojonegoro mengungkapkan festival literasi ini memberikan edukasi bahwa literasi tidak hanya berupa kegiatan membaca dan menulis saja. Namun, literasi juga sebagai upaya meluaskan daya pikir, ruang kreatif dengan bersinergi dan merangkul ruang seni lain yang lebih entertaining dan mendidik.
“Festival ini merupakan wujud dari para penulis di Surabaya yang ingin meluncurkan bukunya bersamaan. Dalam tempo beberapa bulan, sejumlah narasumber dari berbagai jenis literasi didapatkan untuk mengisi acara untuk meningkatkan literasi anak muda,” ujarnya.
Dikatakannya, festival yang digagas para penulis di Surabaya ini diadakan selama empat hari, hingga Minggu (14/12). Hari pertama festival literasi ini diisi dengan Workshop Travel Writing, Talkshow: Berkreasi sambil menjaga bumi hingga Diskusi Buku ‘Pentingnya figur bagi tumbuh kembang anak’.
“Tahun depan juga akan diadakan acara ini kembali sebagai pembentukan karakter,” imbuhnya. [geh]

Tags: