Fasilitasi Kompetensi Guru

Karikatur GURUTiada murid bodoh ditangan guru ber-dedikasi. Begitu pula tiada kecerdasan yang bisa digali oleh guru yang “biasa-biasa saja.”Paradigma itu sejak lama diyakini kalangan ke-pendidik-an. Menjadikan guru sebagai pilar utama, melebihi faktor pendidikan lainnya. Bahkan konon, guru sejati menempatkan kepentingan murid diatas kepentingan (kesejahteraan) dirinya. Itulah sebabnya profesi guru dianggap paling mulia, melebihi tentara dan dokter.
Tidak semua orang (yang tergolong cerdik pandai)bisa menjadi guru. Melainkan dibutuhkan minat dan persyaratan khusus ke-guru-an. Karena itu terdapat pendidikan tinggi yang secara khusus mematangkan minat seseorang untuk menjadi guru.Tetapi seiring masifnya KKN (Kolusi Korupsi dan Nepotisme) yang mengiringi rekrutmen tenaga pendidik, diduga banyak personel tidak kompeten telah terlanjur menjadi guru.
Guru yang tidak kompeten (secara keilmuan maupun mental), tentu saja tidak dapat mewujudkan tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan Konstitusi. UUD pasal 31 ayat (3) menyatakan,”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa….”
Tujuan pendidikan adalah meningkatkan keimanan, ketakwaan serta akhlak mulia, dan kecerdasan bangsa. Jadi, pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dengan cara merekrut guru. Yang di-inginkan adalah, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 40 ayat (2) huruf a, mengamanatkan:”Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.”
Namun seringkali rekrutmen guru tidak dapat mememnuhi tujuan pendidikan tidak. Banyak guru tidak cerdas, guru yang tidak menyenangkan, jahat, hanya tex book thinking, bahkan suka mengantuk di dalam kelas. Pada forum Konferensi Kerja Nasional PGRI 2014, terkuak, bahwa sebenarnya masih sangat banyak guru tergolong in-kompeten. Pada sisi lain, masih banyak guru terkendala oleh kesibukan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Begitu pula masih banyak guru harus berjuang keras melawan infrastruktur wilayah, jarak sekolah yang sangat jauh dan sulit diakses masyarakat. Menyadari problem keguruan, pemerintah berupaya meningkatkan kompetensi dengan iming-iming peningkatan kesejahteraan. Diantaranya, guru yang lolos sertifikasi akan memperoleh tunjangan sebesar gajinya, atau setidaknya insentif setara dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota).
Maka guru pun harus diuji. Ini penting untuk mengetahui tingkat kompetensi tenaga pendidik. Selain itu, kompetensi (penguasaan materi mata pelajaran) harus selalu ditingkatkan, seiring dengan keniscayaan perkembangan ilmu pengetahuan. Bahkan pada era digital saat ini, perkembangan ilmu dan pengetahuan terjadi sangat cepat. Guru tidak boleh ketinggalan pengetahuan, terutama yang bersumber dari teknologi informasi.
Ternyata, banyak guru tidak lulus uji kompetensi. Begitu pula dalam uji PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru), hampir 1.300 (dari 4.000-an) guru di Jawa Timur tidak lulus. Ironisnya, angka ke-tidak lulus-an itu yang tertinggi se- Indonesia Timur (16 propinsi). Lebih ironis, PLPG diselenggarakan di Unesa (Surabaya) Jawa Timur. Guru-guru Jawa Timur tertinggaloleh guru-guru NTT, Sulawesi, Maluku dan Papua. Padahal, infra-struktur kependidikan di luar Jawa sangat minimalis.
Konon masih separuh lebih (sekitar 280-an ribu!)guru di Jawa Timur belum lulus sertifikasi. Boleh jadi, banyak yang pasrah karena tidak bisa memenuhi persyaratan administrasi, tidak ingin ribet. Tetapi sebenarnya, berdasar PP Nomor 17 tahun 2010, pasal 12 ayat (2) pemerintah dan pemerintah daerah diwajibkan memfasilitasi kompetensi tenaga pendidik.
Hingga kini, pemerintah (terutama Pemerintah Kabupaten dan Kota) masih setengah hati memenuhi hak layanan pendidikan. Bahkan sampai pem-biar-an sarana pendidikan Masih banyak sekolah (SD Negeri) yang bersengketa dengan pemilik lahan. Juga masih banyak sekolah yang bocor. Apalagi nasib gurunya?

                                                                                   —————– 000 ——————

Rate this article!
Tags: