Fasilitasi SK Siaga Bencana, Daerah Dapat Manfaatkan BTT

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Eliasto Dardak saat memberikan kulian umun di Universitas Jember, Sabtu (14/12) kemarin.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Sejumlah peristiwa bencana alam terjadi seiring cuaca ekstrim di awal musim penghujan tahun ini. Terkait hal tersebut, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengajak seluruh lapisan pemerintah dan masyarakat melakukan antisipasi terhadap potensi bencana.
Salah satunya bagi pemerintah daerah yang telah mengantongi SK siaga bencana agar dapat memanfaatkan Biaya Tidak Terduga (BTT) dengan baik. “Setiap daerah memiliki BTT (Biaya Tidak Terduga) inilah yang kemudian kita fasilitasi himbauan SK siaga bencana,” tutur Emil saat ditemui di Surabaya, Senin (6/1).
Emil menegaskan, ada beberapa hal penting yang harus dicermati terkait bencana alam. Salah satunya terkait potensi longsor yang terjadi akibat dinding sungai yang terkikis. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk menyadari bahwa tempat tinggalnya memiliki potensi rawan longsor. Sehingga mereka lebih baik untuk dapat bersiap-bersiap.
“Jika sudah terlihat sungai itu terkikis, maka lebih baik segera ditutup. Kalau tanggulnya sudah bocor, atau dindingnya sudah terkikis, bisa menggunakan karung pasir atau menggunakan bronjong. Itu langkah-langkah yang bisa dilakukan, jika tidak, tepian sungai akan semakin terkikis,” ungkap Emil.
Sebelumnya, Pemprov telah menerbitkan sebanyak SK Siaga Bencana untuk 15 kabupaten. Penerbitan SK tersebut merujuk pada surat edaran Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa Nomor 188/650/KPTS/013/2019 tertanggal 16 Desember 2019 terkait status siaga darurat bencana Hidrometeorologi atau bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, misalnya banjir, longsor, dan puting beliung di Jawa Timur.
“Ke 15 kabupaten atau kota yang menerbitkan SK Siaga Bencana tersebut antara lain, Kabupaten Madiun, Nganjuk, Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Tuban, Kabupaten Probolinggo, Gresik, Pacitan, Trenggalek, Ponorogo, Lamongan dan Blitar,” jelas Emil.
Selain pemukiman, jalan yang dekat dengan dinding sungai juga cukup rawan. Karena itu, perlu memastikan drainase berjalan dengan baik. Ini juga berlaku untuk daerah pegunungan. Biasanya, air masuk ke dalam struktur tanah di bawah jalan atau pemukiman. “Kalau ada jalan air (Drainase), maka diharapkan tidak membuat tanah ini menjadi jenuh. Inilah yang harus dilakukan, tetapi ini skalanya harus button up. Kita mengajak semua,” tutur Emil.
Emil juga berharap pihak kelurahan dan camat melakukan pendataan rumah tinggal yang rawan bencana. Sehingga jika curah hujan tinggi, segera dilakukan evakuasi lebih dini. “Bahkan bila perlu mengungsi jika terjadi hujan lebat. Khususnya rumah yang berada di belakang tebing tinggi dan rawan longsor. Itu sering saya jumpai saat di Trenggalek ketika saya masih menjadi bupati di sana,” tutur Emil.
Selain itu, Emil juga menjelaskan terkait potensi pohon tumbang yang harus diperhatikan. Saat ini, pihaknya mengakui bahwa BPBD telah memantau secara aktif bersama pemerintah kabupaten/kota. “BPBD Jatim juga turung untuk mengatasi pohon tumbang di sepanjang aloha sampai dengan Jl Ahmad Yani saat Minggu (5/1) kemarin terjadi hujan lebat,” tambah Emil.
Di sisi lain, Emil juga berkoordinasi dengan PLN dan mereka telah bekerja siaga 24 jam. Sebab, peristiwa hujan lebat pada Minggu sore tersebut berdampak pada sekitar total 90 tiang listrik di Sidoarjo dan Surabaya tumbang. “Selain itu, 1.800 gardu juga terdampak. Tapi sekarang tinggal sisa sedikit dan terus ditangani,” tutur dia.
Terkait early warning system tanah gerak, lanjut Emil, saat ini sudah dikembangkan oleh BPBD dan telah berfungsi. Saat curah hujan tinggi, langkah pertama yang harus dievakuasi adalah yang rentan seperti lansia dan anak-anak. Kedua, jika terlihat ada perubahan ketinggian dalam early warning system itu maka harus melakukan siaga evakuasi di sekitarnya. Kalau ekstensometer sudah terjadi pembukaan, harus evakuasi semua tanpa kecuali. Dan jalur evakuasi sudah disiapkan. [tam]

Tags: