FDR Tuntut Pemerintah Kaji Keadilan Pajak Media

7-FOTO A nas-1109 FDR1Kota Batu, Bhirawa
Pemerintah harus segera melakukan evaluasi dan kajian dalam memberikan rasa keadilan pajak terhadap media elektronik. Tuntutan ini dikeluarkan Forum Diskusi Radio (FDR) yang kemarin (9/11) telah menyelesaikan pertemuan bertajuk FDR Summit 7, bertempat di Pondok Jatim Park, Kota Batu.
Presiden FDR Indonesia, Harley Prayudha mengatakan, selama ini penerapan pajak media elektronik disamakan antara media televisi dan radio. Padahal, seharusnya ada perbedaan atas komersialisasi yang dilakukan dua jenis media elektronik ini. Akibatnya, para praktisi radio di tanah air sangat terbeban dengan tingginya pajak yang harus mereka tanggung.
“Bahkan ada beberapa kelompok yang menilai/ menganggap bahwa bisnis radio swasta ini sudah tidak bisa lagi menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Akibatnya menjadi tugas kita untuk bisa mengembalikan optimisme dari rekan-rekan praktisi radio,” ujar Prayudha, Minggu (9/11).
Tak hanya itu, katanya, campur tangan pemerintah daerah juga sangat diharapkan oleh praktisi 120 radio yang tergabung dalam FDR ini. Dukungan pemerintah daerah lebih mengarah pada pemberian kepercayaan terhadap insane radio. Artinya, media radio masih bisa menjadi sarana untuk menyampaikan program pembangunan ke masyarakat. Sebenarnya sinergitas antara pemerintah dengan media sudah berjalan. Namun hal ini tetap harus dioptimalkan.
Disampaikan pula pada forum tersebut, semua kegelisahan dari para praktisi radio di tanah air. Dalam kegelisahan yang terwadahi oleh FDR, memunculkan sebuah pertanyaan, “memang masih ada yang mendengarkan radio?”. Dan tak jarang dalam kompetisi yang semakin tajam, terjadi ‘saling sikut’ antar sesame media radio.
Untuk itu, dalam pertemuan kali ini, FDR menyampaikan dan menawarkan era konvergensi media sebagai sebuah paradigma baru. Hal ini untuk mengatasi adanya kompetensi tidak sehat antar media radio sehingga satu sama lain bisa saling bersinergi. “Jangan khawatir, selama kita masih memiliki telinga, maka keberadaan radio akan tetap didengar oleh masyarakat,” tambah Prayudha.
Diketahui, FRD Summit 7 ini berlangsung selama 3 hari sejak Jumat (7/11) lalu. Kegiatan ini diikuti sekitar 120 praktisi radio di tanah air. Dan untuk menjaga eksistensi di dunia radio, mereka telah melakukan pertemuan secara berkala. Sebelum FDR Summit 7 di Batu ini, secara berturut mereka telah melakukan pertemuan di Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Bogor, Semarang, dan Solo. [nas]

Keterangan Foto : Para narasumber tengah memberi motivasi kepada para praktisi radio dalam acara FDR Summit 7 yang digelar di Kota Batu, 7-9/Nov

Tags: