Figur Cawapres Tentukan Kemenangan

imagesJakarta, Bhirawa
Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Mohammad Nabil mengemukakan, Pemilihan Umum Presiden 9 Juli 2014 akan menjadi pertarungan ketat dua capres, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto, sehingga figur cawapres sangat menentukan kemenangan.
“Jika keduanya salah pilih pendamping maka pemilih akan mengalihkan pilihan pada kandidat lainnya,” kata Mohammad Nabil kepada pers di Jakarta, Minggu (18/5), koalisi yang tengah dijalin capres dan partai pengusungnya. Selain itu, menurut dia, bagi Partai Golkar yang belum memutuskan arah koalisi dan sedang menggelar rapat pimpinan nasional (rapimnas), harus benar-benar mengambil keputusan yang tepat dengan pertimbangan elektabilitas kandidat capres serta efektivitas pemerintahan ke depan jika terpilih.
“Jika Golkar salah memutuskan maka akan merugikan partai dan pemilihnya,” kata pendiri Center for the Studi of Religion and Culture ini.
Di sisi lain, menurut Nabil, Prabowo maupun Jokowi dan Megawati Soekarnoputri mesti memperhatikan figur cawapres, asal partai, elektabilitas serta basis dukungan yang dimiliki. Jika hal tersebut diabaikan dan hanya karena kepentingan sesaat, akan merugikan pasangan bersangkutan dan juga pemilih.
“Saya lihat Prabowo tergesa-gesa jika putuskan Hatta Rajasa sebagai calon pendampingnya, karena itu peluang dari Golkar masih sangat terbuka,” katanya. Nabil mengatakan, Golkar tidak perlu membuat poros baru bersama Demokrat atau Hanura. Jika poros baru ini mengajukan Aburizal Bakrie atau ARB dan Pramono Edhie Wibowo, hal itu hanya menghabiskan energi, uang dan kemungkinan sangat kecil untuk menang sebab elektabilitas keduanya rendah.
Menurut dia, Golkar punya daya tawar tinggi sebagai partai urutan kedua pemenang pemilu dan punya figur untuk dimajukan sebagai cawapres, seperti Akbar Tandjung, Agung Laksono dan lain-lain.
“Jadi lebih baik mengarahkan koalisi ke salah satu capres dan menempatkan figur sebagai cawapres, sedangkan ARB bisa jadi ‘king maker’ seperti Megawati,” kata Nabil. Direktur Riset pada Freedom Foundation ini mengatakan, dibanding PAN, Golkar punya daya tawar tinggi. Begitu juga jika memutuskan berkoalisi dengan Prabowo, maka daya tawar untuk posisi cawapres sangat rasional.
Elektabilitas Prabowo dan figur Golkar sangat kuat dibandingkan Prabowo dengan Hatta Rajasa. “Jadi Prabowo juga tidak boleh gegabah, bisa merugikan pemilih Gerindra. Pilihan pada cawapres dari Golkar lebih meningkatkan elektabilitas untuk menang,” kata Nabil.  [ant]

Rate this article!
Tags: