Fiksi Indonesia Bubar

foto ilustrasi

Beredar isu yang dinukil dari fiksi (novel), bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Judulnya mencekam, tetapi isinya terasa abal-abal. Sekadar asumsi prakiraan dampak “perang” ekonomi antara China, Amerika Serikat, dan Rusia. Tema serupa sering menjadi perbincangan di berbagai kafe. Setelah dipopulerkan oleh pucuk pimpinan parpol, serta merta memperoleh respons negatif. Bahkan sebagian masyarakat meng-anggap sebagai perundungan. Mengarah pada penistaan negara.
Walau sebenarnya Indonesia, bukan cerita pokok. Melainkan sekadar disebabkan lokasinya di “kawasan ekonomi” pasifik (sebagai negara anggota APEC). Konsep novel, mengalir pada gaya fiksi ilmiah, berdasar data perekonomian dunia. Tetapi tidak seluruhnya benar. Misalnya, tingkat pertumbuhan ekonomi RRT yang mulai menurun. Sebaliknya, tren perekonomian Amerika Serikat (AS) mulai merangkak naik. Maka pasti, prakiraan dampaknya juga meleset.
Validitas data, dan tren perekonomian dunia tahun 2016-2017, tidak tercantum dalam novel “The Next World War.” Karena seluruh datanya dinukil pada tahun 2014 (novel diterbitkan pada tahun 2015). Selama tiga tahun, telah terjadi perubahan “peta” dunia, pada sektor perekonomian maupun politik. Misalnya, ke-bersatu-an dunia (Rusia, AS, dan RRT) dalam memerangi terorisme. Seluruh dunia, akan sibuk berlomba mengirim pasukan ke Timur Tengah. Melindungi ladang minyak masing-masing.
Sehingga negara adidaya (Rusia dan AS) akan menjadi “centeng” rezim di Timur Tengah. Imbal jasanya, beberapa perusahaan di Eropa dan Amerika, diakuisisi oleh pangeran-pangeran jazirah Arab. Tak terkecuali klub sepakbola kesohor akan dibawahkan oleh syeh-syeh tajir. Sedangkan RRT, niscaya juga menawarkan jasa relokasi perusahaan yang telah dimiliki pengusaha Arab. Lahan, dan buruh RRT, cukup kompetitif (murah).
Yang luput dipaparkan oleh novel “The Next World War,” adalah de-presiasi nilai Yuan. Itu bagai pengakuan RRT, bahwa perekonomiannya sedang melambat. Tidak se-agresif tahun 2012-2014, dengan pertumbuhan spektakuler sampai 7%. Serta hadirnya Korea Selatan, yang menguntit keberhasilan RRT pada sektor industri telekomunikasi (IT). Dalam hal IT, Indonesia juga memiliki keunggulan strategis. Yakni kepemilikian satelit.
Judulnovel tentang perang, sebenarnya hasil penerawangan wartawan, August Cole. Memanfaatkan perkiraan manusia sedunia tentang “Perang Dunia III,” yang sudah lama ditunggu. Sedangkan penulis asli, Peter Warren Singer, merupakan doktor lulusan Harvard. Spesialisasinya Hubungan Internasional. Dramatisasi tulisan intelektual (PW Singer) oleh wartawan (A Cole), menyebabkan hilangnya alur ilmiah. Berubah menjadi fiksi.
Tetapi mutu ke-fiksi-an “Novel of The Next World War,” masih jauh dibawah tulisan skenario film gempa “San Andreas” (karya Brad Peyton) tahun 2015. Juga kalah oleh film fiksi “Jurrassic Park.” Serta masih kalah dibanding cerita komik (oleh Kho Ping Hoo,di Indonesia). Bahkan frasa awal judulnya, “Ghost Fleet,”terasa tidak nyaman. Frasa kata itu secara harfiah, bermakna “pasukan setan.”Kalangan muslim, akan menyetarakan dengan buku haram berjudul “ayat-ayat syetan.”
Begitu pula fiksi Indonesia akan bubar pada tahun 2030, tidak sesuai realita sosial (dan politik). Andai perekonomian jeblok, Indonesia akan bangkit lagi. Melalui revolusi maupun reformasi total. Seperti terjadi (revolusi) pada tahun 1965 dan (reformasi total) tahun 1998. Terbukti, Indonesia masih menjadi anggota G-20, dan APEC (organisasi perekonomian negara-negaraPasifik). Andai terjadi “The Next World War,”Indonesia, malah dapat memainkan peran sangat penting.
Dus Indonesia, tidak akan menjadi korban “perang.” Indonesia hanya memerlukan transparansi, dengan memerangi korupsi dan birokratisasi. Memperpendek alur perizinan, menjadi pilar utama investasi. Serta memperbaiki sistem pertanian tanaman pangan dengan teknologi tepat guna.Indonesia, malah menatap kemakmuran masa depan. 

——— 000 ———-

Rate this article!
Fiksi Indonesia Bubar,5 / 5 ( 1votes )
Tags: