Filosofi Kesabaran

Dr Buntaran Supriyanto MKes

Dr Buntaran Supriyanto MKes

Dr Buntaran Supriyanto MKes
Siapa yang tak kenal dengan orang nomor dua di Pemkab Lumajang, Dr Buntaran Supriyanto MKes, salah satu alumni Fakultas Kedokteran Umum Universitas Brawijaya Malang 1984 ini. Kariernya terus menanjak berkat petuah orangtuanya selalu dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. “Kalau makan jangan sampai imbuh (tambah, red ), itu salah satu nasihat orangtua saya yang penuh makna dalam,” kata Buntaran yang mengaku menjalankan nasihat itu hingga saat ini.
Menurutnya menahan makan itu mengandung filosofis yang bertujuan untuk menahan nafsu atau keinginan. Sehingga prinsip itulah yang menjadikan dirinya tidak haus jabatan dan menginspirasinya untuk selalu bersabar menjalani kehidupan.
Mantan Sekda Kabupaten Lumajang yang saat ini menjabat Wakil Bupati Lumajang mengaku selama ini berjalan seperti air mengalir. Karena itu sepanjang kariernya sebagai PNS, dirinya tidak memiliki angan-angan untuk menginginkan jabatan tertentu. “Prinsip saya itu, kalau saya diamanahi, akan saya kerjakan dengan sebaik-baiknya dengan hati ikhlas. Itu yang menjadi pegangan saya selama ini,” ujarnya.
Pria kelahiran Magelang 62 tahun silam yang merupakan putera  terakhir dari lima bersaudara pasangan Moh Slamet dan Marijah ini mengaku mendapatkan gemblengan kesabaran dan keberanian dari ayahnya yang merupakan seorang tentara.
Sehingga prinsip-prinsip petuah Jawa, seperti menang tanpa ngasorake ( menang tanpa merendahkan musuh) tetap diterapkan selama dia menjabat. Sehingga dirinya merasa tidak memiliki musuh selama  menjabat apapun, di manapun.
Berprinsip enjoy dan tidak ngoyo, juga menjadi pedoman hidup yang selalu diterapkan oleh suami Dra Mimik Sriwahyuni ini. Sehingga bapak empat anak tersebut selama menjadi pimpinan tidak pernah marah terhadap bawahannya.
Buntaran yang menjabat sebagai Wakil Bupati Lumajang sejak 2 Desember 2015 silam mengaku memiliki makanan favorit yang menjadi idola mendiang ayahnya, semur lidah.
Meskipun makanan tersebut mengandung kolesterol tinggi, pria alumni Pasca Sarjana Kedokteran Unair ini tetap saja tidak bisa meninggalkan semur lidah. Padahal seharusnya menjadi makanan pantangan untuk orang seusianya. “Kalau saya ke warung pasti saya makan semur lidah, sedang hobi saya adalah membaca,” pungkasnya sambil menunjukkan buku- buku yang telah dibacanya. [dwi]

Rate this article!
Filosofi Kesabaran,5 / 5 ( 1votes )
Tags: