FK Unair Lantik dan Ambil Sumpah 196 DM secara Offline

Pertama kalinya sejak pandemi, FK Unair lantik dan ambil sumpah Dokter Muda secara tatap muka dengan protokol kesehatan ketat.

Surabaya, Bhirawa
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) lantik dan ambil sumpah 196 Dokter Muda (DM) secara offline, Rabu (18/5). Mereka yang dilantik dan diambil sumpah telah menuntaskan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) yang dilaksanakan Bulan Februari lalu.
Menurut Dekan FK Universitas (Unair), Prof Dr Budi Santoso dr Sp OG (K), untuk pertama kalinya FK Unair menggelar pelantikan Dokter Muda secara offline, karena melihat kasus Covid 19 semakin melandai. Meski secar offline, para peserta menempati ruangan dengan kapasits 200 orang. Sedangkan orang tua mahasiswa dibuatkan tend khusus dan beberapa ada yang ditempatkan di ruang sidang.
“Kondisi Covid 19 juga sangat jauh menurun. Penerapan Prokes juga cukup ketat, jadi kami berani menggelar pelantikan secara offline,” ujar Prof Budi.
Lebih lanjut, Prof Budi melanjutkan, para mahasiswa yang dilantik ini lulus selama dua tahun selama pandemi, sehingga berada di DM 1 dan DM 2, kepaniteraan 1 dan kepaniteraan 2 secara keterbatasan bertemu dengan pasien.
“Namun kita berhasil untuk melakukan modifikasi. Alhamdulillah 98 persen mereka lulus ujian nasional. Ini merupakan bukti pelaksanaan modifikasi proses belajar DM selama pandemi tidak begitu banyak berubah,” ujarnya.
Dijabarkan Prof Budi, setiap tahunnya FK Unair selalu menyumbang sekitar 250 hingga 300 Dokter Umum untuk kebutuhan dokter di Indonesia. Hanya saja lulus tidak bisa langsung serentak.
Sayangnya, kebutuhan dokter di Indonesia masih cukup banyak. Menurut Prof Budi, hal itu karena persoalan maldistribusi kebutuhan dokter yang tertumpu di kota – kota besar.
“Untuk mengatasi itu kami berusaha melakukan koordinasi dengan Kemenkes dan pemda agar pelaksanaan lulusan dan pengabdian mereka bisa merata. Agar kekurangan dokter dan distribusi dokter bisa diminimalisir. Tidak hanya di Jawa tapi diluar Kalimantan, Sumatera dan daerah Indonesia Timur,” tandasnya.
Salah satu Dokter Muda yang dilantik, dr Elena Ghentilis FA mengungkapkan, perjuanganya selama lima tahun dalam mewujudkan cita – cita papanya agar ia menjadi dokter, ditengah kondisi ekonomi yang ini terbatas.
Kendati begitu, Elena tak patah arah. Meskipun menjadi mahasiswa bidik misi, namun ia membuktikkan diri dengan terus mengasah skill kedokteran dan instruktur keterampilan medik melalui berbagai kesempatan yang diberikan dosen dengan menjadi asisten dosen.
“Ada strugglenya juga misalkan yang lain bukunya asli yang bagus bisa 500 ribu, saya cuma lihat soft file, foto kopian atau bekas. Tapi banyak teman yang support saat ada kesulitan materi saat mau ujian. Jadi tidak perlu Bimbel,” ceritanya.
Untuk belajar teknik, lanjut Elena, jika rekannya menggunakan infus asli ia hanya memakai botol mineral bekas atau selang bekas.
“Dulunya mau masuk FK di Kalimantan, berhubung saya SMA nya dan dapat beasiswa di Jawa akhirnya saya terusin di Jawa juga,” katanya.
Setelah lulus Elen berencana untuk mengambil intership di Kalimantan. [ina.fen]

Tags: