FKUB Kota Surabaya Gelar Parade Seni

tari_sekar_jagatSurabaya,Bhirawa
Sabtu (22/11) malam, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB)  di Kota Surabaya menggelar Parade Seni yang digelar di Graha Sawunggaling, Lantai VI gedung pemkot Surabaya. Cara ini digunakan dalam upayanya menjaga kerukunan umat Beragama di Kota Pahlawan, dan telah dilaksanakan sejak 2007 lalu.
Ketua FKUB Kota Surabaya, Chalimi mengatakan, pagelaran pentas seni umat beragama ini sesuai dengan visi FKUB dalam menjaga kualitas kerukunan dan kedamaian umat beragama di Surabaya. Menurut Chalimi, Pentas Seni nanti akan dibuka dengan Tari Sekar Jagad persembahan dari umat Hindu. Tari ini ditampilkan oleh empat orang.
“Tarian Sekar Jagd ini dipersembahkan untuk menyambut kedatangan para tamu sebagai rasa hormat dan rasa terima kasih,” jelas Chalimi.
Selain Tari Sekar Jagad, Pentas Seni ini juga diramaikan oleh penampilan Seni Hadrah oleh Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) Nahdlatul Ulama Kota Surabaya. Oleh orang Jawa, seni ini biasa disebut dengan Terbangan, yaitu memukul rebana dengan tangan kosong yang diikuti dengan gerakan tangan dan badan dari pemukul dan para pendamping.
Disusul penampilan SMP Muhammadiyah 1 Kota Surabaya yang akan mempersembahkan Tarian Java Barong yakni perpaduan antara tarian Jawa dengan tarian Barong . Sementara Konghucu menampilkan music tradisional Konghucu yang dimainkan oleh delapan orang.  Musik ini bertujuan untuk memperkenalkan music Tionghoa yakni kreasi kolaborasi antara music Tingohoa dengan musik modern. Lalu penampilan anak-anak Katolik yang menyanyikan  lagu anak-anak seperti “When You Believe”.
“Ada juga seni music angklung para Lansia yang dimainkan oleh grup angklungh Lansia Anugrah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kota Surabaya. Serta Umat Budha yang menampilkan seni Tarian Kipas yang merupakan bagiand ari kebudayaan dan tarian tradisional di kaolangan masyarakat,” sambung Chalimi.
Ketua Panitia Pentas Seni FKUB Kota Surabaya, Riadi Ngasiran menambahkan, bila pada tahun sebelumnya, pentas seni lebih menonjo0lkan nilai tradisional, maka untuk tahun ini mencoba mengkolaborasikan antara nilai seni tradisional dengan nilai modern. “Tetapi tetap mencerminkan kebudayaan dari agama masing-masing,” ujarnya.
Menurut Riadi, di Kota Surabaya, potensi konflik umat beragama sebenarnya ada seperti halnya di daerah lain. Dia mencontohkan adanya gerakan islam garis keras ataupun konflik rumah ibadah. Namun, peran aktif FKUB melalui dialog dan pendampingan, bisa meredam terjadinya konflik yang berpotensi terjadi.
“Nah, pagelaran pentas seni ini juga merupakan bentuk dari upaya FKUB untuk memantapkan zero conflict melalui komunikasi budaya,” ujar Riadi. [gat]

Rate this article!
Tags: