Forhati Kota Malang Gelar Workshop Penulisan

Ketiga narasumber (memegang piagam) dari kiri Kajur Akuntansi Universitas Widyagama Malang Dr Ana Sopanah, dosen komunikasi UMM Nurudin dan praktisi media Dewi Yuhana berfoto bersama dengan panitia workshop penulisan.

(Manajemen Waktu dan Kemauan Kuat Kunci Utama Menulis)
Kota Malang, Bhirawa.
“Menulislah, sehebat dan sepintar apapun, selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dimasyarakat dan di pusaran sejarah”.
Demikian kata pembuka yang disampaikan dosen komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nurudin, S.Sos, M.Si saat menjadi salah satu narasumber Workshop dan Lomba Penulisan Ilmiah, Sabtu (18/3) kemarin.
Workshop dengan Tema “Menumbuhkan Budaya Menulis yang Kreatif dan Beretika”, diselenggarakan Forhati Kota Malang yang bersinergi dengan Kohati Cabang Malang di Aula Universitas Widyagama Malang.
Menurut Nurudin menumbuhkan budaya menulis masih sulit di masyarakat, khususnya di Indonesia. Masyarakat masih senang dengan budaya lisan. Dalam kesempatan tersebut, Nurudin juga mengutip sebuah ungkapan “verba volant, scripta manent” bahwa setiap ucapan yang dituturkan akan hilang namun berbeda halnya dengan tulisan yang akan bertahan selamanya.
“Tulisan merupakan sebuah cara dokumentasi yang paling kuat,” kata dosen yang sudah menulis ratusan artikel di berbagai media masa tersebut.  Menulis jelas Nurudin, tidak ada hubungannya dengan bakat, bukan pula soal sibuk maupun tidak sibuk, pinter atau tidak pinter, tetapi soal manajemen waktu dan kemauan untuk menulis. Workshop dan Lomba yang dikuti 120 Peserta dari Berbagai Perguruan Tinggi berjalan lancar dan semarak.
Selain menghadirkan Nurudin sebagai narasumber, juga hadir Kajur Akuntansi Universitas Widyagama Malang yang sekaligus sebagai Ketua Forhati Kota Malang Dr Ana Sopanah. Dalam paparannya, Ana memberikan panduan dan strategi bagaimana menulis di jurnal ilmiah. Menulis buku, artikel populer dan jurnal memiliki penekanan dan strategi yang berbeda.  Ketika menulis karya ilmiah dalam bentuk jurnal, penulis lebih kaku karena ada pedoman yang harus dipenuhi sesuai dengan gaya dimana jurnal  akan dipublikasikan. Biasanya menulis jurnal karena kebutuhan publikasi untuk kelulusan dan kenaikan kepangkatan, dan biasanya sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni. Semnetara pembicara lainnya berasal dari kalangan praktisi media Dewi Yuhana, SPsi. Dewi yang juga salah satu pemimpin redaksi media lokal tersebut berbagi pengalaman bagaimana menulis artikel dan opini di media masa. Dewi memberikan trik diantaranya harus mengikuti berita terkini “terupdate” dan mampu menganalisa isu tersebut dari berbagai prespektif. [mut]

Tags: