Forkopimda Kota Probolinggo Tebar Benih Ikan Nila di Kampung Tangguh Wirosecang

Forkopimda tebar benih ikan nila.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Probolinggo melakukan aksi tebar benih ikan nila di Kampung Tangguh Semeru (KTS) Wirosecang, di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan. Warga setempat berhasil merubah saluran sungai yang semula kotor kini lebih sedap dipandang.

Aksi tebar benih itu dilakukan Wali Kota Hadi Zainal Abidin, Wawali Mochammad Soufis Subri dan Kapolres AKBP Ambariyadi Wijaya disaksikan Danramil Mayangan, Camat Mayangan M Abas, karang taruna dan warga setempat.

“Hal positif dari kekompakan masyarakat disini, yang sebelumnya tidak bermanfaat jadi bermanfaat. Sungai yang dulu aromanya tidak sedap, sekarang bersih dan bisa jadi kolam ikan yang dapat mewujudkan ketangguhan kondisi ekonomi masyarakat,” ujar Wali Kota Habib Hadi, Jum’at 10/7/2020.

Menurut Habib Hadi, karena motivasi dan dorongan dari pihak kepolisian masyarakat bisa teredukasi menciptakan hal yang terbaik di lingkungannya. Masyarakat harus memahami untuk selalu mawas diri dan menjaga diri, menguatkan kedisiplinan untuk menghindari dan menekan Covid 19.

“Kuncinya, bepergian luar kota kalau tidak penting dihindari saja. New normal bukan berarti Covid tidak ada. Covid masih belum ada obatnya, harus disiplin menjaga kebersihan adalah obatnya. Lindungi keluarga dan saudara kita,” pesan wali kota.

Habib Hadi mengapresiasi kerja keras masyarakat dan ungkapan terimakasih kepada kapolresta yang telah mendorong hal yang dulunya tidak mungkin ada sekarang jadi nyata adanya.
Menjawab apa yang disampaikan Wali Kota Habib Hadi, AKBP Ambariyadi Wijaya mengatakan kegiatan di masyarakat sebenarnya sudah ada, polres hanya tinggal membingkainya.

“Masyarakat sudah punya ide, punya angan-angan dan cita-cita wilayahnya jadi sehat. Kampung Tangguh Semeru hanya bingkai masyarakat berbuat gotong royong untuk lingkungannya,” ujar kapolresta.

AKBP Ambariyadi membenarkan, prinsipnya tidak ada manusia yang tidak ingin sehat, tidak ada manusia yang ingin susah. “Semuanya ingin normal seperti dulu, mencari rejeki tanpa hambatan dengan cara mandiri dan gotong royong,” imbuhnya.

Disinggung oleh kapolresta, bahwa banyak yang bertanya kasus positif Covid 19 yang terus meningkat padahal Kota Probolinggo punya banyak KTS.

“Mungkin yang belum tahu mengira Kampung Tangguh ini satu kelurahan. Harapannya memang begitu tapi faktanya belum. Hanya baru beberapa RW saja di setiap kelurahan, jadi masih kurang banyak. Kami berharap, virus kebaikan (Kampung Tangguh) menular ke seluruh masyarakat,” harap AKBP Ambariyadi.

Lebih lanjut dikatakannya, sedikitnya sudah berdiri 30 Kampung Tangguh Semeru (KTS) di Kota Probolinggo. Dengan makin banyaknya warga yang terpapar Covid-19, peran dan fungsi KTS yang berdiri di setiap kelurahan ini mulai dipertanyakan warga. Adanya KTS ini dinilai tidak memberikan solusi terhadap penyebaran korona.
Keberadaan KTS bukan menjadi tolok ukur melonjaknya pasien Covid-19 di Kota Probolinggo. Sebab, KTS yang dicanangkan masih dalam proses pembentukan.

“Kampung tangguh ini kan proses pembentukan dan belum seratus persen sempurna. Masih ada tahapan penyesuaian. Dan keberadaan KTS bukan hanya semata menangani penyebaran Covid-19. Namun, juga dampak lainnya yang ditimbulkan, baik ekonomi dan sosial,” ujarnya.

Pertanyaannya, kata Ambaryadi, mengapa masih ada lonjakan pasien Covid-19 meski sudah dibentuk 30 KTS? Menurutnya, hal yang paling mendasar adalah kurangnya kesadaran diri sendiri. Percuma di Kota Probolinggo tertib dan disiplin, tapi ketika keluar daerah kedisiplinannya berkurang. Sehingga, warga tersebut tertular di luar dan membawa dampak kepada keluarganya di rumah.

“Seperti kasus penambahan kemarin. Itu kan dari luar yang bawa ke sini (Kota Probolinggo),” ujarnya.

Pemerintah, baik TNI dan Polri, kata Ambaryadi, hanya bisa bekerja semaksimal mungkin untuk mencegah penularan dengan cara memberikan imbauan.

“Kami hanya bisa mengimbau. Karena saya yakin lama-lama pola pikir mereka juga akan berubah ketika kami terus berikan imbauan. Sebetulnya, banyak yang memberikan masukan ditindak tegas, misalnya dipukul dan lainnya, namun apakah dengan seperti itu dapat mengurangi angka penyebaran Covid-19. Sampai sekarang belum ada. Sehingga, kami tetap bertahan dan pilih cara mengimbau masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, juga mencoba melakukan terobosan dengan mengerucutkan warga yang bekerja di luar daerah.”Kami minta Babinsa dan Bhabinkamtibmas untuk datang ke setiap kelurahan mendata siapa saja warga yang bekerja di luar. Sehingga, kami bisa melakukan pemantauan,” ujarnya.

Wakil Wali Kota Probolinggo HMS Subri menyebut, tentang banyaknya tenaga medis yang terpapar virus Corona, banyak faktor yang membuat tenaga medis terpapar Covid-19. Sebab, para tenaga medis selalu menangani pasien virus corona baru atau Covid-19.

“Faktor lainnya, mereka kelelahan. Jumlah tenaga medis tak sebanding dengan jumlah pasien yang ditangani. Tenaga medis tak hanya menangani pasien Covid-19, mereka juga menangani pasien reguler lainnya,” kata Subri.

Subri menduga para tenaga medis terpapar dari pasien yang tak jujur mengenai riwayat penyakit dan perjalanannya.

“Faktor lainnya adanya orang tanpa gejala (OTG). Semakin banyak OTG yang bermunculan tentu memberikan risiko tinggo kepada tenaga medis dan masyarakat,” jelas Subri.

Subri mengimbau masyarakat mengimbau masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19.

“Sakitnya Covid-19 seprti orang yang tenggelam. Susah napas dan sesak napas. Seperti ada kacanya di tenggorokan. Karena itu saya minta masyarakat tetap disiplin. Masih banyak kami temukan anak muda keluar rumah tak bermasker,” tambah Subri.(Wap)

Tags: