Fortasi Siswa SMAMDA Diisi Tugas Social Experiment

Kelompok Traveller membantu membersihkan warung makan depan sekolah. [trie diana]

Surabaya, Bhirawa
SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Surabaya menyelenggarakan Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswa (Fortasi) mulai Hari Senin (16/7) lalu. Fortasi sudah berlangsung dua hari memberikan pengalaman aktivitas beragam untuk siswa baru, mulai pengenalan lingkungan sekolah, kegiatan ekstra kurikuler serta materi kedisiplin.
Di hari ketiga Fortasi ini, SMAMDA memberikan pengalaman berharga untuk siswa baru yang mungkin tidak didapatkan di sekolah lain. Kegiatan ini social experiment, yakni untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana manusia berpikir dan bertindak terkait suatu kondisi yang terjadi di lingkungan atau masyarakat sekitar.
Menurut Kepala SMAMDA, Ustadz Astajab SPd MM, selama Fortasi ini selain mengenalkan lingkungan sekolah juga nilai-nilai yang ditanamkan yakni Discipline, Clean, Independent, Fair Care dan Creative.
“Rabu (kemarin, red) ada kegiatan social experiment, yang nantinya diharapkan bisa menggugah kepekaan dan kepedulian sosial siswa,” terang Astajab.
Hal ini, sambungnya, untuk penanaman nilai care (peduli). Social experiment yang dilaksanakan bertajuk From Zero to Hero. Penugasan untuk siswa baru dengan membuat vlog social eksperimen. Tugas social eksperiment tidak sekedar membagikan makanan atau barang. Sosial eksperimen ini untuk membagikan jasa para siswa terhadap yang membutuhkan. Bukannya sekedar membagikan jasa, namun sebelumnya siswa juga perlu wawancara untuk meminta izin dari pihak terkait; baik mengenai jasa yang akan diberi dan izin merekam.
“Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menggali dan menumbuhkan peka terhadap sosial masyarakat sekitar tetapi juga mengasah keberanian dalam bertanya untuk menanyakan kesediaan,” ungkap Darwis Okta Effendi, Koordinator Fortasi.
Sudah waktunya SMAMDA memberikan kontribusi lebih pada masyarakat sekitar dan lebih membiasakan siswanya untuk bersedekah, tidak hanya materi melainkan juga berupa jasa dan tenaga.
Salah satu siswi, Alivia Rizqotul Azidah, dari Kelompok Treveller, yang membantu warung makanan depan sekolahan mengaku sangat senang bisa membantu ibu pemilik warung, sebab sebelumnya melihat mbak-mbaknya selaku pembantu pemilik warung sangat kerepotan ketika pembelinya banyak. Sehingga bisa membantu bersih-bersih, membantu berjualan, membantu mencuci piring dan gelas yang kotor atau membantu memberikan uang kembalian.
“Meski awalnya ribet dan susah sih. Saat bantu memberikan uang kembalian karena tidak tahu tempat uang. Tetapi setelah diberitahu ibu pemilik warung, ya akhirnya bisa juga membantu jadi kasir. Ya sangat senang karena dapat pengalaman baru dan bisa memberikan bantuan jasa dan tenaga. Jadi membantu itu tidak harus selalu dalam bentuk uang,” kata Alivia. Sedangkan siswa bernama Satria Panji Andika, Ketua Kelompok Martial Art, yang memilih membantu petugas TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di Kawasan Keputih juga mengaku senang bisa mengambil alih tugas pekerjaan petugas TPS, dengan menyapu dan mengumpulkan sama yang berserakan dan memasukkan sampah-sampah dari lantai untuk dimasukkan di dalam gerobak. Selain itu, Satria juga mengaku membuatkan kotak pesan yakni papan bertuliskan pesan-pesan. Diantaranya, Jangan Membuang Sampah Sembarangan, Jaga Lingkungan Kota Surabaya, Jangan Membuang Sampah Di Jalanan.
“Kami sangat senang bisa membantu petugas TPS untuk bersih-bersih,” kata Satria yang diamini teman-teman anggota kelompoknya. [fen]

Tags: