Foto Dicomot Medsos Machfud Arifin, Pelajar Kecewa, PSI Terheran-Heran

Surabaya, Bhiraea
Wakil Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Surabaya, Marina Lipesik, angkat bicara menyikapi polemik foto di media sosial resmi Calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin yang mendapat protes keras dari para pelajar karena mencomot foto tersebut tanpa izin. Menurut dia, langkah tersebut tidak beretika.

Marina mengaku heran dengan peristiwa ini. “Saya heran. Saya kira setiap pasangan calon punya tim kreatif yang profesional. Atau mungkin tidak punya ya? Masalah seperti ini seharusnya semua sudah klir, tidak bisa main comot,” ujar Marina kepada media, Senin (12/10/2020).

Seperti diketahui, di sejumlah grup percakapan instan WhatsApp di Surabaya kini tengah beredar hasil tangkapan layar (screenshot) akun media sosial resmi instagram Calon Wali Kota Machfud Arifin yang memajang deretan penari tradisional yang diperagakan para pelajar di Kota Pahlawan. Yang bikin menarik adalah adanya komentar sosok pelajar dalam tari itu yang merasa fotonya dicomot untuk kepentingan politik. Padahal, dia sama sekali tak pernah dimintai izin.

Selain permasalahan izin, para pelajar juga mempermasalahkan foto Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang dipotong (crop). Menurut para pelajar, dalam foto asli, sebenarnya di tengah mereka ada sosok Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini.

”Permisi Pak, ini kok ada foto saya dan teman-teman saya di postingan bapak, tanpa ada izin ya pak? Dan sebelumnya Bu Risma juga ada di foto tersebut berada di tengah kami, kok jadi ndak ada?” tulis pelajar dengan akun @deajengramadin pada unggahan di akun Instagram @cak.machfudarifin.

Tak hanya pada satu unggahan, pelajar tersebut juga protes di unggahan lainnya yang juga mengambil foto dia dan teman-temannya sebagai penari tanpa izin.

Seharusnya, lanjut Marina, setiap tim harus memiliki kontrol berlapis terkait konten atau gambar yang akan diluncurkan ke publik sehingga tidak merugikan pihak manapun.

“Ini kan lucu banget, masa sampai harus crop menghilangkan foto Bu Risma yang dicintai warga Surabaya. Kalau saya yang foto di situ juga pasti kecewalah, apalagi lalu di posting di akun resmi kandidat. Ibaratnya, para pelajar kan lebih cinta kepada Bu Risma daripada kandidat yang lain, tapi kok malah fotonya Bu Risma di-crop,” imbuhnya.

Untuk menghindari peristiwa seperti ini, Marina memberi saran agar tim Machfud Arifin mengevaluasi alur produksi kreatifnya. Hal itu demi menghargai hak publik agar foto atau karya intelektualnya tidak asal dicomot.

Marina mengkritisi sikap yang dianggapnya tidak beretika dari tim Machfud Arifin yang dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan buruk jika menjadi pemimpin.

“Masyarakat ingin memilih pemimpin yang mengikuti aturan, tidak asal-asalan. Kalau soal foto saja tidak profesional, tidak mau memikirkan etika, bagaimana nanti kalau sudah menjabat,” pungkasnya. (iib)

Tags: