FR Sidoarjo Dibahas di Mako Lantamal

juandSidoarjo, Bhirawa
Rencana Pemkab Sidoarjo menggunakan lahan TNI AL di Brigif Marinir di Gedangan, untuk membangun jaringan FR (frontage road) secara teknis akan dibahas Dinas PU Bina Marga Sidoarjo dengan pihak TNI AL di markas Lantamal Tanjung Perak.
Pihak TNI AL sebenarnya sudah mendukung pembangunan FR di atas lahannya, namun penyelesaian ganti ruginya yang belum dirundingkan. Harapan Pemkab dalam bentuk jual beli saja, sebab kalau dengan sistem tukar guling, akan menyulitkan Pemkab mencari lahan penggantinya di Kec Gedangan. ”Untuk mencari lahan penggantinya seluas itu di Gedangan sangatlah tidak mudah,” jelas Kadis PU Bina Marga Sidoarjo, Ir Sigit Setyawan.
Berkaca pada penyelesaian FR Surabaya yang menjadi lahan IAIN (Institut Agama Islan Negeri) Sunan Ampel. Hingga kini Kota Surabaya belum ada titik temu, padahal Kemenag sebagai pemangku aset sudah menyetujui, ternyata kesepakatan ini dimentahkan dengan belum adanya persetujuan dari Kementerian Keuangan. Untuk mempermudah proses dengan sistem jual beli. Nanti tim aprasial bisa memperkirakan harganya, lalu harga jual ditetapkan melalui hasil aprasial. ”Nah ini yang akan rundingan dengan TNI AL di Lantamal besok,” katanya.
Sigit mengharapkan, ada pemahaman yang sama supaya FR ini bisa segera dibangun secepatnya mengingat lahan TNI AL yang di butuhkan ini memang paling panjang. Dari segi luas paling besar dibandingkan lahan yang lain. sekitar 1 km FR ini menggunakan lahan TNI AL. Kabarnya TNI AL meminta dibuatkan kolam renang ? Sigit menyatakan sulit memenuhi permintaan itu.
Diakui Sigit, FR di lahan TNI AL bila sudah selesai akan sangat membantu kepadatan lalu lintas yang terjadi di mulut Jl Juanda yang akan menuju Aloha. Kemacetan akan dipecah dengan adanya dua jalur yang menuju Sidoarjo dan Surabaya. Dengan adanya FR, maka kendaraan yang akan menuju Sidoarjo menggunakan FR. Kepadatan ini menjadi pemandangan rutin setiap pagi dan sore hari.
Kebutuhan FR Sidoarjo sisi timur ini nanti akan menerabas lahan PT Kerera Api di Stasiun Gedangan dan Waru. Lahan BUMN ini sebenarnya sudah berupa jalan. Artinya jalannnya sudah ada. Mudah-mudah PT KA tak meminta kompensasi dari Pemkab. Lahan PT KA ini sudah menjadi jalan umum, tinggal bagaimana nanti menyambung dengan lahan lain di samping kiri kanannya.
Ada pula milik Varia Usaha yang merupakan anak pabrik PT Semen Indonesia. Hal-hal seperti ini yang membutuhkan energi besar untuk menyeleaikan. Selebihnya adalah lahan milik pabrik. Sebagian besar sudah berupa jalan seperti di Maspion II dan III serta di PT Comfeed, Buduran.
Untuk mempercepat pembangunan, konsepnya nanti membangun yang sudah dibebaskan. Sambil bernegoisasi dengan pemilik lahan yang belum dibebaskan, Dinas PU membangun lahan yang sudah ada.
PT Maspion Group secara resmi menghibahkan tanah di depan PT Maspion II dan PT Maspion III di Gedangan, tiga perusahaan menyusul PT Jayaland (pengembang perumahan Puri Surya Jaya), PT Seger Waras (perusahaan jamu) dan PT Surya Pasifik Jaya (BLKLN) Buduran,
Untuk panjang lahan yang dihibahkan ketiga perusahaan ini, Sigit menyebutkan dari PT Jayaland (Puri Surya Jaya) sepanjang 120 meter, PT Surya Pasifik Jaya sepanjang 80 meter dan PT Seger Waras sepanjang 60 meter. Panjang FR yang akan dibangun mencapai 9 km dengan lebar jalan 7 meter. FR ini akan menghubungkan FR Surabaya di perbatasan Menanggal-Waru yang pembangunanya sudah masuk tahap akhir. [hds]

Keterangan Foto : Lahan di kompeks Badan Penyalur Tenaga Kerja TNI AL Wilayah Timur, Gedangan, yang akan menjadi FR. [hds/bhirawa]

Rate this article!
Tags: