Full Day School Dikhawatirkan Kurangi Jam Pelajaran Agama

Siswa sekolah yang berada di wilayah Kabupaten Malang belum siap untuk menerapkan program full day school.

Kab Malang, Bhirawa
Kebijakan yang akan digulirkan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) terkait masuk sekolah lima hari atau full day school, telah mendapatkan beragam tanggapan di kalangan masyarakat.
Salah satu kekhawatiran kegiatan sekolah sembilan jam dalam sehari, akan mengurangi interaksi anak pada orang tua, serta mengurangi interaksi sosial di sekitar rumah mereka.
Terutama pada anak kelas 1-3 Sekolah Dasar (SD), karena mereka membutuhkan kedekatan fisik dan emosional, serta keteladanan dan rasa aman saat dekat dengan orang tuanya.
Sebenarnya, kata Bupati Malang H Rendra Kresna, Kamis (15/6), kepada wartawan, program full day school itu memiliki tujuan yang bagus, namun tidak bisa diterapkan secara menyeluruh. Karena program tersebut bisa diterapkan di perkotaan, tapi untuk dipedesaan kemungkinan tidak bisa diterapkan. Sebab, di pedasaan anak-anak sekolah khususnya Sekolah Dasar (SD) pada sore harinya mereka mengikuti pendidikan madrasah diniyah (madin).
“Sehingga full day school dikhawatirkan akan mengganggu pelajaran agama,” tuturnya.
Secara umum, lanjut dia, pendidikan agama di SD jamnya sangat terbatas, karena dalam se-Minggu hanya  dua jam. Sehingga untuk mengisi kekurangan pelajaran pendidikan dibidang agama, maka mereka masuk madin. Dan madin ini mayoritas diikuti siswa SD yang berada di pedesaan, setiap selesai kegiatan di sekolah umum mereka sore harinya mengikuti pendidikan di madin.
“Full day school sangat cocok pada siswa sekolah yang berada di perkotaan, karena kedua orang tuanya rata-rata bekerja, sehingga saat pulang kerja pada sore hari mereka langsung menjemput anaknya di sekolah,” papar Rendra.
Menurut dia,  anak-anak yang masih duduk di bangku SD masa-masanya untuk bermain. Sehingga tidak boleh terjadi anak itu terus menerus berkonsentrasi pada pelajaran. Karena anak itu butuh sosialisasi antar teman seusianya, serta ingin selalu dekat kepada orang tuanya. Sementara, mengikuti pelajaran delapan jam dalam sehari, anak juga akan mengalami kejenuhan di sekolah. Untuk itu, program full day school harus dilakukan pemetaan, dan kebijakan program tersebut tidak dilakukan menyeluruh.
Secara terpisah, Anggota DPRD Kabupaten Malang H Hadi Mustofa mengatakan, program full day school yang digulirkan Kemendikbud, dirinya bukan setuju dan tidak setuju dalam program tersebut. Namun, yang menjadi pertimbangan adalah sekolah-sekolah yang ada di wilayah Kabupaten Malang hingga kini masih banyak kekurangan guru, terutama pada guru SD. Sehingga jika full day school jadi diterapkan, dipastikan banyak sekolah yang belum siap. “Untuk itu, full day school tidak dilakukan menyeluruh, tapi harus dilakukan pemetaan,” tegasnya.
Menurutnya, program pendidikan yang akan diterapkan Kemendikbud jika dijalankan dengan baik, tentunya akan membawa perubahan pendidikan di Indonesia. Dan yang menjadi kekhawatiran para orang tua murid, karena pendidikan agama akan berkurang. Sehingga sekolah-sekolah umum yang akan menerapkan full day school, harus ada kerjasama dengan lembaga pendidikan agama. Misalnya, dengan lembaga pendidikan Alquran, yang diperuntukkan bagi murid yang beragama Islam. [cyn]

Tags: