G20 Tanpa Komunike Bersama?

Oleh :
M. Syaprin Zahidi, M.A.
Dosen Pada Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang)

KTT G20 yang berlangsung di Bali tentu menjadi pertemuan prestisius karena para anggotanya yang merupakan negara-negara besar di bidang ekonomi ditambah dengan Uni Eropa. KTT G20 sebelumnya di Roma menghasilkan komunike Bersama berupa teks deklarasi dari para pemimpin negara. Teks deklarasi tersebut berisi tentang isu global yang menggambarkan perekonomian dunia termasuk tindakan bersama yang dapat dilakukan negara anggota G20. Leaders declaration ini terdiri dari 61 paragraf yang mencakup 26 isu yang menggambarkan tantangan perekonomian dunia termasuk situasi pandemi dan apa yang dapat dilakukan bersama oleh negara-negara anggota G20.

Isu yang kemudian berkembang pada KTT G20 di Bali ini adalah adanya kekhawatiran bahwa tidak akan dihasilkan komunike bersama oleh pemimpin dunia karena kondisi politik global yang tidak menetu pasca invasi Rusia ke Ukraina. Ditambah lagi dengan konfirmasi dari Vladimir Putin yang mengatakan tidak akan hadir pada KTT G20 di Bali karena ada masalah di dalam negeri yang harus diselesaikan. Kekhawatiran tersebut juga diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan “Kalau pada akhirnya KTT G20 tidak melahirkan komunike, menurut saya, ya sudah, enggak apa-apa,” walaupun disisi lain Ia Juga menyatakan bahwa sudah tercapai lebih dari 361 capaian yang berlangsung dalam perhelatan Presidensi G20 Indonesia. Hal itu mencakup aspek kesehatan, dekarbonisasi, bisnis, dan lain-lain.

Disisi lain Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Plate berharap bahwa tetap akan tercapai komunike Bersama karena isu yang dibahas dalam KTT G20 di Bali tidak bersinggungan dengan aspek Geopolitik yang menjadi masalah global saat ini. Diantaranya adalah transformasi digital, arsitektur kesehatan global, dan transisi energi. Lalu pertanyaannya adalah apakah KTT G20 benar-benar akan berakhir tanpa komunike bersama?

Menarik sebenarnya kemudian untuk menganalisis beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi pada perhelatan KTT G20 ini. Mengingat faktanya memang negara yang diharapkan datang seperti Rusia mengkonfirmasi untuk tidak hadir. Padahal harapannya KTT G20 ini bisa menjadi salah satu media bagi Rusia dan negara-negara anggota G20 untuk mencari formula terbaik dalam menyelesaikan masalah di antara Rusia-Ukraina. Namun, menurut penulis kita juga jangan melupakan kedatangan Joe Biden dan Xi Jinping pada KTT G20 ini.

Kedatangan dua pemimpin negara yang dalam beberapa tahun belakangan ini berkonflik sedikit banyak akan menjadikan KTT G20 bisa menjadi tempat mereka berkomunikasi secara intensif yang diharapkan tentunya akan menghasilkan solusi terbaik bagi hubungan kedua negara tersebut. Harapannya Ketika terjadi solusi yang baik bagi hubungan bilateral kedua negara itu. maka perlahan dan pasti itu akan berdampak pada upaya kedua negara dan tentunya Indonesia sebagai Presidensi G20 untuk mendorong dihasilkannya komunike bersama antara para pemimpin negara-negara anggota G20.

Adanya komunike bersama memang diharapkan akan terwujud pada KTT G20 di bali. Namun apabila kemungkingan terburuk terjadi misalnya tanpa komunike bersama, menurut penulis hal tersebut juga tidak menjadi masalah karena memang posisi dari G20 yang non-legally binding forum sehingga sebenarnya dalam perspektif hukum internasional apapun keputusan dari KTT G20 tidak akan mengikat negara anggotanya. Selama ini hasil KTT G20 pada akhirnya terwujud lebih disebabkan oleh political will dari negara-negara anggotanya.

Namun, tentunya kita semua pasti berharap bahwa komunike bersama akan terwujud pada KTT G20 di Bali karena memang agenda yang dibahas juga sama sekali tidak menyentuh aspek geopolitik dalam hal ini aspek terkait invasi militer Rusia ke Ukraina. Sehingga hampir pasti isu terkait transformasi digital, arsitektur kesehatan global, dan transisi energi akan menjadi prioritas penting bagi negara-negara anggota dan peserta KTT G20 di Bali.

Indikasi akan tercapainya komunike bersama tersebut terlihat sebenarnya dari pencapaian kesepekatan di level pertemuan Sherpa track dan finance track. Sebagaimana diungkapkan oleh Susiwijono, Ketua Sekretariat Gabungan Sherpa Track dan Finance Track Presidensi G20 Indonesia. Ia mengungkapkan “Kalau melihat perkembangan yang ada kita optimis bisa menghasilkan satu output document di mana Indonesia menjadi presidensi tahun 2022. Masih ada beberapa waktu ke depan menjelang KTT. Mudah-mudahan sesuai harapan kita”. Dalam pernyataannya tersebut Ia mengindikasin bahwa pertemuan-pertemuan di dalam Sherpa dan finance track berjalan dengan lancar dan memunculkan optimisme bahwa KTT G20 di Bali akan menghasilkan komunike bersama.

Akhirnya, sebagai tuan rumah yang baik tentunya kita berharap Indonesia tetap dapat mendorong para negara anggota G20 untuk menghasilkan komunike bersama dan penulis optimis hal tersebut terjadi karena dengan bargaining position kita di forum-forum internasional sebagai negara dengan politik luar negeri bebas aktif dan netral serta dalam beberapa kesempatan selalu menonjolkan sisi peace broker kita. Maka opitimisme untuk menghasilkan komunike bersama dalam KTT G20 di Bali ini tetap ada. Semoga.

———– *** ————

Rate this article!
Tags: