Gagal di Tingkat Kabupaten, Juara di Tingkat Nasional

Zalfa Dwi Dana

Zalfa Dwi Dana
Mewarisi kemampuan seni bela diri pencak silat dari Sang Kakek, rupanya menjadi cerita yang membanggakan bagi Zalfa Dwi Dana. Bocah berusia 10 tahun ini sukses mengukir prestasi di tingkat nasional. Meski usianya terbilang masih sangat muda dengan postur tubuh yang terbilang ‘precil’ justru membuat bocah yang akrab disapa Opang ini yerus meningkatkan kemampuanya dalam pencak silat.
Baru-baru ini Opang sukses membawa pulang medali emas pada kejuaraan Yogyakarta Championship ke IV, pada Oktober 2018 lalu. Opang berhasil menyingkirkan 3000 peserta pada kejuaraan tersebut. Ia pun juga mendapat penghargaan dari Kemenag Republik Indonesia wilayah Jawa Timur dengan predikat Pelajar Berprestasi awal Januari lalu. Prestasi itu, menjadi koleksi medali emas keduanya di tingkat nasional.
“Nggak nyangka. Tapi seneng dapat medali dapat piagam dapat pengalaman dan banggain orangtua dan sekolah,” ungkap nya. Dari hasil kerja kerasnya itu, Opang mendapat hadiah samsak dari orangtuanya. Yaitu, karung sasaran untuk tinju.
“Hadiah itu berguna banget sih. Soalnya bisa latihan sendiri di rumah dengan samsak untuk melatih kekuatan otot,” tutur dia.
Tidak bisa diragukan, kemampuan ‘kecil-kecil cabe rawit’ ini tidak terlepas dari kesukaannya melihat teknik pencak semasa kecil. Opang menceritakan, pertama kali mengenal bela diri pencak silat, ketika ia masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK). Kala itu, sang guru rutin mengenalkan pencak silat dengan teknik-teknik yang menyenangkan dan bisa diterima oleh anak-anak usia 5 tahun. Beberapa kali latihan, Opang terlihat ‘lihai’ dalam menguasai teknik-teknik pencak silat. Ia pun terlihat sangat bersemangat untuk latihan olahraga tersebut.
“Tapi setelah diingat-ingat, ayah sama ibu bilang ternyata kemampuan saya mewarisi bakat kakek. Kakek dulu juga jago pencak silat,” ungkap bocah kelas 4 Mi Islamiyah Muhammadiyah Sumberberas Muncar, Banyuwangi ini.
Sebelum mengetahui kemampuan bela dirinya, Opang sebenarnya sudah menaruh hati terhadap seni bela diri ini. Menurut bocah kelahiran Banyuwangi, 20 Januari 2009 pencak silat mempunyai trik dan teknik yang menantang. Di mana ketangkasan dan kecepatan seni bela diri pencak silat tidak dimiliki seni bela diri lainnya. “Suka aja. Triknya menarik. Menantang,” ujar dua.
Dalam seminggu Opang harus berlatih selama empat kali, untuk belajar menguasai beberapa teknik. Latihan fisikipun menjadi hal wajib yang harus ia lakukan setiap kali latihan. Seperti lari, latihan menendang dengan power, push up, back up dan sit up.
“Berat latihannya. Kadang juga pernah capek,” imbuh dia
Kendati sudah mendapat tempat pada kejuaraan nasional dengan dua koleksi medali emas, siapa sangka Opang justru tidak bisa mengikuti kejuaraan tingkat kabupaten/kota. Itu karena, ia tak dapat lawan dengan bobot yang terbilang ‘precil’.
“Iya kemarin nggak lolos seleksi untuk kejuaraan di kabupaten. Karena berat badan yang kurang. Terus juga gak ada lawan,” kata pasangan Siti Rohmatin dan Nanang Sutejo ini.
Ke depan, Opang berharap jika prestasi itu bisa dikembangkan lagi di tingkat international. Selain itu, keinginannya untuk bisa bergabung di organasisi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) juga diharapkan tercapai. “Kalau gabung IPSI pasti kemampuannya terasah. Juga lebih profesional,” pungkas dia. [ina]

Tags: