GAKY, Masalah Gizi yang Tidak Populer

Dr Andriyanto

Oleh :
Andriyanto
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Gizi Indonesia bidang Hukum

Sejatinya, masalah gizi di Indonesia yang tidak boleh dilupakan dan harus tetap menjadi diskusi banyak Pakar kesehatan dan gizi adalah persoalan gangguan akibat kekurangan yodium. Akibat GAKY ini sesungguhnya menjadi problem berat bagi suatu daerah dan linier dengan akibat kejadian Stunting. GAKY dan Stunting berimplikasi terhadap kualitas sumber daya manusia dikarenakan terkait dengan tingkat kecerdasan yang rendah. GAKY merupakan penyebab retardasi mental terbesar di seluruh dunia yang metoda intervensi efektifnya sejak lama telah dikenal dengan salah satunya iodisasi garam.

GAKY

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium yang sering disingkat GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan zat yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama (sekurang-kurangnya 6 bulan secara terus menerus). Yodium terkandung dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Yodium akan meningkatkan produksi hormone tiroksin. Hormon inilah yang akan mendorong proses pertumbuhan (mulai rahim ibu sampai dengan usia 20 tahun) dan memacu metabolisme otak, otot, jantung, hati, ginjal, organ reproduksi dan organ-organ lainnya.

Timbulnya GAKY yang terjadi pada seseorang dapat disebabkan karena beberapa faktor antara lain: keadaan geografis dan lingkungan dimana kandungan yodium dalam tanah sangat sedikit karena adanya erosi, eksploitasi tanah pertanian yang berlebihan, tanah sarang (tanah lahar, tanah kapur yang rendah humus).
Bisa juga disebabkan apa yang disebut zat goitrogenik (pengganggu), misalnya: Lignamarin (terdapat pada kulit ubi kayu); getah daun ubi kayu (sianida); kulit ari kacang tanah; kubis (goitrin), dan lain-lain. Pencemar, seperti: kelebihan pupuk urea; kelebihan peptisida; bakteri coli; limbah industri dan limbah rumah yang tinggi logam berat juga sebagai penyebab sulitnya penyerapan yodium dalam tubuh, sehingga muncul GAKY.

Sungguh, mendiskusikan pencegahan GAKY akan melibatkan banyak pihak, mulai Dinas Kesehatan; Dinas Lingkungan Hidup; Dinas Pendidikan; Dinas Sumber Daya Air; Dinas Perlindungan Anak; Dinas Perindustrian dan Perdagangan; dan tentunya masyarakat itu sendiri.

Akibat bila Kekurangan Yodium

Seringkali banyak orang yang beranggapan bahwa akibat kekurangan yodium adalah munculnya pembesaran gondok. Tidak salah, tapi gondok ini hanyalah bagian kecil dari spektrum akibat kekurangan yodium. Bila kekurangan yodium semasa dalam kandungan, maka kemungkinan Ibu melahirkan dengan abortus; kematian perinatal; kelainan congenital; dan atau kretin dengan IQ dibawah 90 (rendah), tuli, bisu, dan juling, serta kelainan saraf tepi (gerakan motorik halus tangan terganggu, gerakan motorik tungkai dan kaki terganggu).

Semasa usia pertumbuhan, anak kekurangan yodium akan dwarf / cebol, hipotiroidi, dan mengalami pembesaran kelenjar gondok. Bila terus menjadi dewasa maka akan mengalami gangguan kemampuan berfikir; gangguan kemampuan fisik; gangguan kesuburan dan haid; dan gangguan kemampuan sexual.

GAKY juga berpengaruh terhadap perkembangan sosial, dimana Seseorang akan mengalami gangguan mental, lamban, kurang bergairah, sulit dididik sehingga memunculkan kriminalitas. Kretin akan menjadi beban sosial masyarakat. Pada sosok wanita akan berakibat gangguan penampilan karena membesarnya kelenjar gondok.

Bahkan terhadap perkembangan ekonomi pun akan berdampak besar, mengingat hasil peternakan dan perikanan menjadi berkualitas rendah sehingga pendapatan menurun. GNP menjadi turun karena produktivitas kerja masyarakat rendah.

GAKY, Silent Pandemic

Azizi (2009), menyatakan bahwa GAKY merupakan silent pandemic atau pandemi yang tersembunyi yang jarang terekspos dalam sosialisasi dan kebijakan kesehatan. Dampak yang ditimbulkan GAKY sudah menjadi semakin besar, sementara perhatian pada klinisi secara global masih termarginalisasikan pada tingkat individu. Hal tersebut terbukti pada berbagai negara yang menghadapi prevalensi GAKY yang tinggi, ketika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dunia sudah melampaui kebutuhan untuk mengeliminasi gangguan tersebut. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa GAKY masih belum mendapat perhatian yang layak.

GAKY harus ditatap sebagai diagnosis kelompok, populasi, atau komunitas jauh melampaui penilaian selama ini yang lebih terbatas pada tingkat individu. Interpretasi status GAKY seharusnya dilakukan pada tingkat populasi yang menggunakan data yang diambil dari kelompok masyarakat di suatu daerah tertentu. Menurut Yusuf (2008) sekitar 2,5 milyar (38%) penduduk dunia mengalami kekurangan konsumsi iodium. Stratifikasi berdasarkan usia, sekitar 31,5% atau 264 juta jiwa anak usia sekolah dan 30,6% atau 2 milyar populasi dewasa terbukti menderita kekurangan iodium.

Wilayah dengan angka kekurangan iodium yang tertinggi di dunia ternyata adalah Asia Tenggara (504 juta jiwa) dan Eropa (460 juta jiwa). Secara umum, penduduk yang tinggal di daerah endemis GAKY mengalami penurunan Intelligence Quotient (IQ) 13,5 poin lebih besar daripada penduduk yang tinggal di daerah non-endemis.

Penutup

Masa depan penanggulangan GAKY di Jawa Timur khususnya tergantung pada komitmen berbagai pihak. Untuk itu perlu dilakukan kerja sama lintas sektoral kelembagaan yang lebih kuat antara Dinas Kesehatan, Universitas, klinisi, ahli epidemiologi, dan lembaga swadaya masyarakat.

Khusus untuk produksi garam nasional atau regional, dibutuhkan komitmen departemen perindustrian dan departemen perdagangan mencegah dan mengendalikan berbagai praktik industri garam yang tidak sehat dan standarisasi garam beriodium nasional yang lebih kuat. Untuk itu perlu diterapkan peraturan yang lebih tegas agar tidak terjadi menyimpang yang merugikan.

Pada era revolusi industri 4.0 ini, Dinas Kesehatan perlu mencantumkan masalah GAKY sebagai upaya kesehatan yang mendapat persetujuan untuk mendapat alokasi anggaran Pemerintah Provinsi. Berhadapan dengan masyarakat yang tidak mengetahui bahaya gondok endemik, masalah sosialisasi menjadi kebutuhan yang esensial. Berbagai faktor yang mempengaruhi resistansi masyarakat terhadap program GAKY perlu diidentifikasi melalui berbagai studi yang berbasis masyarakat.

Perwujudan keberhasilan program eliminasi GAKY di Jawa Timur meliputi komitmen politik yang kuat, perencanaan dan administrasi multi-sektoral, advokasi pada industri dan perdagangan garam, informasi, komunikasi dan edukasi kepada masyarakat, insentif ekonomi dan pasar, monitoring kadar iodium dalam garam, legislasi dan penguatan, kontribusi dari donor eksternal (perusahaan swasta), monitoring program, kepemimpinan untuk program berkesinambungan.

Keberhasilan tersebut bukan saja dapat memberikan data evaluasi yang baik, tetapi lebih dari itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut telah memberikan sumbangan terhadap produktivitas ekonomi dan pembangunan.

Semoga Jawa Timur dapat dijadikan role model bagi Provinsi lainnya di Indonesia untuk mencapai eliminasi GAKY yang dicapai secara simultan dengan pembangunan berbagai sektor lain.

——- *** ———

Rate this article!
Tags: