Gandeng Jepang Kembangkan SMA – SMK Jatim

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Dindik Jatim, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim kembali menggandeng pihak asing untuk mengembangkan pendidikan menengah di sejumlah daerah. Setelah Jerman, kali ini kerjasama kembali dilakukan dengan pemerintah Jepang.
Tawaran kerjasama ini diterima dari sejumlah perwakilan Japan Foundation saat mendatangi kantor Dindik Jatim, Rabu (3/12). Deputi Japan Foundation Hanzawa yang datang bersama tenaga ahli Bahasa Jepang Nakamura menawarkan sejumlah program terkait pertukaran pengembangan bahasa dan budaya Jepang di Jatim. Di antaranya ialah pendidikan Bahasa Jepang untuk siswa SMA-SMK di Jatim.
“Rencana awal pendidikan Bahasa Jepang ini untuk lima daerah lebih dulu. Yaitu, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto dan Malang,” kata Hanzawa.
Menanggapi tawaran tersebut, Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi menyambut positif. Menurutnya, ini akan menjadi peluang kerjasama yang baik antara Jatim dan Jepang dalam hal pengembangan pendidikan. “Japan Foundation datang kemari untuk meminta peta potensi pendidikan kita untuk pengembangan Bahasa Jepang. Dan kita ajukan lima daerah itu. Masing-masing daerah ada dua sekolah SMA dan SMK yang dituju,” kata Harun ditemui usai pertemuan.
Selain mengajukan lima daerah, Harun juga menawarkan kepada pihak Jepang agar tidak sebatas pengembangan Bahasa Jepang. Melainkan juga pendampingan kurikulum hingga link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) di Jepang. Saat ini, kata Harun, Jatim telah memiliki 200 sekolah rujukan yang juga membangun kerjasama dengan pihak asing, yakni Jerman.
“Kita sudah punya 200 sekolah rujukan. Kita berharap kerjasama ini tidak sekadar pengembangan Bahasa Jepang. Tetapi lebih ke arah pendidikan vokasional yang arahnya juga bekerjasama dengan DUDI,” kata Harun.
Harun mengatakan, kerjasama ini selanjutnya akan diproses dan ditindaklanjuti sampai ada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) resmi antara Dindik Jatim dengan Japan Foundation. “Ini masih komunikasi awal untuk menentukan sasaran dan program. Selanjutnya akan kita buat MoU yang resmi,” tutur alumnus Lemhanas 2008 itu.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Dindik Jatim Hudiyono menambahkan, sejauh ini kerjasama dengan pihak Jepang telah dijalin. Namun masih dalam skala kecil, yaitu antara sekolah dengan sejumlah industri di Jepang. Misalnya antara SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Jember dengan Teekay Corporation, sebuah asosiasi perusahaan penangkapan dan pengolahan ikan di Jepang.
Kerjasama itu, lanjut dia, dilakukan untuk membina 70 siswa SMK mulai dari pelatihan hingga magang di Jepang. Pelatihan awal dilakukan selama empat bulan di Jakarta untuk pembekalan mental, budaya dan Bahasa Jepang. Selain itu juga fisik dan keterampilan penangkapan ikan di Jepang.
Usai dilatih empat bulan, para siswa itu selanjutnya dikirim ke Jepang untuk magang selama tiga bulan. “Standar untuk mengikuti program ini, siswa harus sudah memiliki sertifikat keselamatan diri dan orang lain di kapal. Sebab, selama magang di Jepang mereka juga langsung mendapat gaji,” pungkas Hudiyono. [tam]

Tags: