Gandeng Pakar, Unair Diskusikan Pemimpin Masa Depan

Para pakar yang terdiri dari akademisi, politisi, aktivis, budayawan, dan media saat mendiskusikan ‘Tantangan dan Tuntutan Kepala Daerah di Era Disrupsi’ menyambut Pilkada serentak 2020.

Surabaya, Bhirawa
Era disrupsi mendapat perhatian serius bagi seluruh elemen masyarakat. Tak terkecuali dari akademisi. Menyambut pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan digelar serentak pada 2020 nanti, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menggelar diskusi pakar bertajuk “Tantangan dan Tuntutan Calon Kepala Daerah di Era Disrupsi”, Rabu (4/9) kemarin.
Dalam kegiatan tersebut, Unair juga melibatkan sejarawan, Purnawan Basundoro, Suparto Wijoyo, Dosen FISIP Dwi Windyastuti Budi Hertanti, Ketua KPU Jatim Choirul Anam, Ketua PWI Jatim Ainur Rohim dan kalangan media Abdul Rokhim.
Sebagai keynote speech dalam kegiatan tersebut, Rektor Unair, Prof Nasih menuturkan kegiatan tersebut sebagai kontribusi Unair pada semuanya. Baik Jatim, Surabaya dan lainnya.
“Kami juga ingin mendorong putra-putri terbaik di Jatim untuk bisa menjadi pemimpin di sleuruh wilayah terutama Jatim,” ujar dia.
Pemimpin, kata Prof Nasih, harus mampu menyelesaikan dan hadir dalam masyarakat. Utamanya, dalam persoalan kesejahteraan. Sehingga figur pemimpin tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, apalagi bertujuan untuk mengembalikan modal kampanye sebelum menjadi kepala daerah atau wali kota.
“Kita berharap pada masyarakat agar jangan salah pilih. Menjadi tidak maju kalau seperti itu. Karena kunci keberhasilan kesejahteraan masyarakat itu ada pada pemimpinnya,” kata dia.
Menurut Prof Nasih, menjadi pemimpin masa depan bukanlah sebuah hal yang mudah. Terlebih, fenomena disrupsi semakin berkembang pesat dan berdampak pada pembangunan negara. Sehingga, tidak menutup kemungkinan jika kedepan akan ada gesekan yang luar biasa dibanding sebelumnya dalam keadilan sosial. Seperti kesenjangan sosial dan marjinalisasi yang sangat mungkin terjadi. Di mana sumber daya manusia (SDM) hanya teralokasi pada orang-orang tertentu. Misalnya saja tidak meratanya perkembangan ilmu pengetahuan.
“Kalau ilmu pengetahuan terbatas hanya pada orang-orang tertentu maka yang terjadi SDM yang berkualitas menjadi lebih sulit diciptakan. Makanya diperlukan sosok pemimpin yang orientasinya ke situ (pemberdayaan SDM),” tegas Nasih. Dan tak kalah penting, imbuhnya seorang pemimpin harus mempunyai indicator great leadership. Yakni, visioner, rendah hati, mampu beradaptasi, dan mau serta mampu melibatkan semua pihak. Dalam hal visioner, Nasih menjelaskan jika pemimpin harus mempunyai pandangan ke depan yang terarah dengan semua amanah yang diberikan. Oleh karena itu, di era disrupsi ini ia berharap pemimpin setiap daerah menyiapkan SDM yang lebih baik lagi agar persaingan global yang kini telah terjadi dapat diatasi dengan baik disegala aspek. Sebagai informasi, sebanyak 270 daerah yang meliputi 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota akan melaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2020. [ina]

Tags: