Gandeng Posyandu Atasi Gizi Buruk

Pemprov, Bhirawa
Untuk mengatasi masalah gizi buruk, Dinkes Jatim akan memperkuat kordinasi dengan Puskesmas dan Posyandu sebagai ujung tombak dalam memberikan makanan tambahan. Meski angka gizi buruk di Jatim cukup rendah , namun perlu antisipasi agar masalah ini bisa dieliminasi.
Kepala Dinkes Jatim, Dr Kohar Hari Santoso mengatakan, saat ini jumlah penderita gizi buruk di Jatim mencapai 1,8 persen dari total warganya. Angka tersebut jauh lebih rendah daripada penderita gizi buruk secara nasional yang mencapai 3,2 persen. Meski demikian, bukan berarti penanganan terhadap gizi buruk diabaikan.
Ia, mengaku jika pihaknya ingin terus menekan jumlah penderita gizi buruk. Ia menyatakan, gizi buruk disebab-kan kurangnya pengetahuan pola asuh yang benar pada ma-syarakat di daerah. “Karena itu, kami akan mengedukasi warga di daerah tentang pentingnya pola asuh anak yang benar melalui kader kami di Posyandu. Bahkan, kami juga bakal mengajari tentang penting-nya asupan gizi pada anak sejak dalam kandungan,” ujarnya.
Kohar juga mengaku bakal menerapkan program pemb-erian makanan tambahan pa-da warga kurang mampu agar anak di daerah tak kekurangan gizi. “Rencananya, kami akan melakukan lewat kader di Posyandu. Dengan contoh makanan bergizi, orang tua diharap-kan mengerti tentang kebutuhan gizi bagi anaknya ke depan,” lanjut Kohar.
Ahli Gizi Graha Amerta RSUD. Dr. Soetomo Eko Dwi Martini mengatakan, salah satu masalah
kesehatan yang memprihatinkan di Indonesia saat ini adalah masalah gizi ganda, yaitu masalah kurang gizi dan kelebihan gizi dengan berbagai resiko penyakit yang ditimbulkan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, jumlah penderita kurang gizi di kalangan anak balita mencapai 17,9 persen yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk, dan 13 persen gizi kurang.
Sementara prevalensi kegemukan pada anak balita secara Nasional berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi badan mencapai 14 persen. Masalah gizi ganda terdapat di daerah pedesaan dan perkotaan.
Menurutnya, sampai saat ini Indonesia masih memiliki tantangan besar masalah gizi yang harus dicari solusinya. Karena masalah gizi kurang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.Ia menambahkan, gizi kurang sejak balita, akan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia( SDM) secara luas. [dna]

Rate this article!
Tags: