Garam Sampang Butuh Sentuhan Teknologi

Foto: ilustrasi

Sampang, Bhirawa
Petambak garam di Kabupaten Sampang, Jatim, membutuhkan bantuan teknologi guna meningkatkan hasil produksi garam lebih maksimal karena pola produksi mayoritas petambak garam di wilayah itu masih tradisional.
Menurut Bupati Sampang Fadhilah Budiono di Sampang, Senin (24/7), pemkab sebenarnya telah berencana mengalokasikan anggaran untuk membantu alat teknologi bagi petani garam. Akan tetapi, anggaran yang dimiliki pemkab setempat terbatas.
“Memang setiap tahun, kami telah mengalokasikan anggaran untuk membantu petani dalam upaya meningkatkan produksi garam melalui Dinas Kelautan dan Perikanan. Akan tetapi, anggaran daerah sangat terbatas sehingga tidak bisa membuahkan hasil maksimal,” kata Fadhilah Budiono.
Bupati mengemukakan hal itu menanggapi keluhan petani garam tentang rendahnya hasil produksi garam di wilayah itu.
Sebelumnya, saat berdialog dengan perwakilan petambak garam yang tergabung dalam Asosiasi Petani Garam Republik Indonesia (APGRI) terungkap bahwa produksi garam di Kabupaten Sampang belum maksimal dan masih bergantung pada cuaca. “Teknologi yang dibutuhkan masyarakat petambak garam adalah geomimbran,” katanya.
Jenis teknologi itu, kata dia, membutuhkan banyak biaya dan tidak semua petambak mampu menyediakan modal. Kabupaten Sampang merupakan satu dari tiga kabupaten lain di Pulau Madura yang dikenal sebagai penghasil garam.
Luas areal tambak garam di kabupaten ini tercatat 4.256 dengan jumlah produksi saat cuaca normal sekitar 300.000 ton.
Namun, produksi sejumlah itu hanya terjadi pada tahun 2015, saat cuaca bersahabat. Pada tahun berikutnya, 2016, produksi haram di Kabupaten Sampang turun drastis sekitar 15.000 ton.
Ketua APGRI Jakfar Shodiqin menyatakan bahwa produksi garam petani menurun karena cuaca memang tidak bersabat. Di samping pola produksi garam masih menggunakan pola tradisional, belum mendapatkan sentuhan teknologi.
Pola produksi tradisional, menurut dia, sangat bergantung pada cuaca. Jika cuaca kurang bersahabat, produksi juga akan menurun. Jika petani menggunakan teknologi, dia yakin produksi garam di Pulau Madura, khususnya di Kabupaten Sampang, tidak akan bergantung pada cuaca.
Salah satu jenis teknologi yang dinilai mampu meningkatkan produksi garam rakyat, dan tidak terlalu bergantung pada cuaca adalah teknologi geomembran.
“Di Pamekasan teknologi geomembran terbukti efektif meningkatkan produksi garam. Hal ini juga bisa diterapkan di Sampang,” ujar Jakfar.
Oleh karena itu, Jakfar dan para petambak garam lainnya berharap pemerintah pusat bisa mendukung keinginan Bupati Fadhilah Budiono agar bisa membantu teknologi bagi petambak garam di wilayah itu. [ant]

Tags: