Garap Second Line, Pramita Ikut Bidik Pasar Menengah Bawah

H Sarno Eryanto SH, MH [titis/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Tak hanya fokus membidik pasar menengah atas, Laboratorium Klinik Pramita juga mengincar pasar menengah bawah. Caranya dengan mengakuisisi laboratorium yang memiliki prospek untuk memperluas jangkauan pasar. Pilot project model second line ini sudah diterapkan di Surabaya.
Presiden Direktur Laboratorium Klinik Pramita H Sarno Eryanto SH, MH menjelaskan kebutuhan akan pelayanan kesehatan pada laboratorium dan klinik di Indonesia sangat besar. Sayangnya biaya masih menjadi kendala mayoritas masyarakat.
“Kami punya second line untuk mengatasi ini. Kami ada Laboratorium Medis Prospek untuk menjangkau masyarakat menengah bawah agar mereka juga mendapat pelayanan kesehatan,” katanya usai acara Corporate & Gathering Laboratorium Klinik Pramita yang digelar untuk menyambut ultah ke-31 di Hotel Whyndham Surabaya, Selasa (16/10).
Untuk pilot project, di Surabaya telah didirikan Laboratorium Medis Prospek di kawasan Dukuh Kupang dan Wonosari.
Sarno menjelaskan secara nasional Pramita saat ini memiliki puluhan cabang yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia , dan targetnya pada 2019 akan membuka 4 hingga 5 cabang baru. “Kami berencana membuka cabang baru, di antaranya di Jakarta, Pontianak, Bali, Tegal,” katanya.
Untuk pembukaan cabang baru itu, pihaknya rata-rata mengeluarkan investasi hingga Rp 9-10 miliar ( di luar tanah). Investasi ini akan balik modal rata-rata dalam 4 tahun. “Biasanya cabang yang didirikan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya lebih cepat balik modal,” katanya.
Soal tingkat kunjungan pasien, kata Sarno, rata-rata setiap laboratorium mencapai 500 kunjungan setiap bulan. Untuk kunjungan di laboratorium di kota-kota besar bisa lebih dari 500 kunjungan setiap bulan. Ini karena kesadaran warga perkotaan untuk hidup sehat lebih tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di pedesaan. Sehingga mereka lebih rutin mengecek kesehatan tubuh dan lebih sigap mengantisipasinya jika ditemukan ada indikasi penyakit tertentu.
“Makanya mereka yang rajin periksa ke laboratorium umumnya berumur lebih panjang, karena mereka bisa melakukan tindakan preventif. Misalnya kalau ada indikasi kena asam urat, dia bisa lebih menjaga pola makannya, kira-kira seperti itu,” katanya. [tis]

Tags: