Gawat ! Kota Surabaya Peringkat Pertama Jumlah Kasus HIV/AIDS

Dinkes Jatim, Bhirawa
Sebanyak 2.526 orang di Jawa Timur terinfeksi virus HIV/AIDS. Hal itu tercatat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim terkahir bulan Juni 2021.

Dari total tersebut, Surabaya menjadi Kota tertinggi virus mematikan yakni 323 orang, disusul Kabupaten Banyuwangi sebanyak 186 orang dan Kabupaten Jember 174 orang dan terendah adalah Kabupaten Pacitan yakni 5 orang.

Dinkes Jatim pun mengklaim telah melakukan pelbagai upaya. Mulai sosialisasi tentang Program HIV-AIDS ke seluruh lapisan masyarakat, mensosialisasikan Perda dan Pergub Jatim tentang HIV kepada semua stakeholder terkait hingga memperluas layanan testing HIV dan layanan perawatan dukungan pengobatan (PDP) di seluruh Kabupaten dan Kota.

Hal itu disampaikan Kepala Dinkes Jatim, Dr. Erwin Ashta Triyono, saat momentum Hari Aids Sedunia yang jatuh pada 1 Desember 2021. Menurut dia, pihaknya telah menyiapkan kebutuhan logistik testing HIV, Infeksi Menular Seksual (IMS), Obat Antiretroviral (ARV) hingga infeksi oportunistik (IO) dan lain sebagainya.

“Kami telah melakukan koordinasi dengan multisektor, multi program, komunitas dan stakeholder terkait, termasuk kelompok dukungan sebaya dari ODHA,” katanya saat dikonfirmasi Bhirawa, Rabu (1/12/2021).

Disamping itu, Dinkes Jatim juga melakukan mentoring klinis HIV IMS komprehensif ke beberapa layanan PDP. “Kami telah melakukan pelatihan HIV IMS Komprehensif ke beberapa layanan PDP, melakukan orientasi Notifikasi Pasangan HIV. Disamping itu, memperkuat RR dan managemen program hingga melakukan monev secara berkala,” terang dr Erwin.

Upaya Dinkes Jatim untuk menekan virus HIV/AIDS, dr Erwin pun menyampaikan bahwa pihaknya tidak lepas dari upaya nasional yakni STOP.

Tema Nasional dan Tema Global ini, sambung dia, mengajak semua, segenap pemangku kepentingan beserta seluruh lapisan masyarakat untuk semakin memperkuat komitmen, peran serta dan dukungan serta bergerak, bekerjasama dan bersinergi dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, guna mencapai Ending AIDS tahun 2030.

“Upaya Dinkes Jatim tidak lepas dari upaya nasional yaitu STOP. Memberikan edukasi pada masyarakat baik itu melalui dinkes provinsi maupun Kabupaten dan Kota, rumah sakit, puskesmas maupun LSM dan OPD terkait,” ungkapnya.

Disampaikan dr Erwin, masyarakat yang punya risiko segera memeriksakan diri, baik itu di Puskesmas ataupun rumah sakit. “Kalau misalkan ada yang negatif kita bersyukur, kalau positif segera kita obati, itu penting. Kami juga melakukan pendampingan,” imbuhnya.

Agar masyarakat bisa terhindar dari penyakit mematikan, kata dia, pada prinsipnya penularan penyakit HIV/AIDS hanya 2 yaitu melalui seks berisiko dan narkoba suntik. “Selama bisa menghindari 2 itu pasti aman. Jadi ini yang perlu diingat,” ulasnya.

Pihaknya mengklaim semua puskesmas sudah bisa memberikan edukasi awal akan bahaya HIV/AIDS bahkan telah memiliki alat tes reagen. “Kalau puskesmas punya alat tesnya pasti akan dilakukan tes ditempat. Kalau belum ada akan diberikan informasi di puskesmas mana yang ada alat tes reagen,” jelasnya.

Ia juga berpesan jangan mendiskriminasi pasien HIV/AIDS. “Mereka harus dianggap sebagai orang biasa. Hindari pemahaman yang dulu penyakit yang menakutkan. Karena memang sudah ada obatnya yaitu ARV,” pungkasnya. [geh]

Tags: