Gelar FGD, Unesa Salurkan Masukan pendidikan Buat pemerintah Pusat

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan beserta Anggota Komisi D DPRD Surabaya Reni Astuti dalam sesi FGD yang digelar IKA Unesa, Rabu (21/12). [adit hananta utama/bhirawa]

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan beserta Anggota Komisi D DPRD Surabaya Reni Astuti dalam sesi FGD yang digelar IKA Unesa, Rabu (21/12). [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Berbagai wacana seputar pendidikan cukup ramai akhir-akhir ini. Mulai dari gagasan full day school, penguatan pendidikan karakter, revitalisasi SMK, hingga rencana moratorium Ujian Nasional (UN). Sebagian diantara wacana tersebut cukup controversial hingga membuat gaduh masyarakat di bawah.
Kondisi itu pun memantik perhatian dari berbagai pihak. Melalui focus group discussion (FGD), sejumlah praktisi, akademisi, birokrasi hingga legislatif mengulas satu per satu wacana tersebut. Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan IKA Unesa Prof Luthfiyah Nurlaela mengatakan, hasil FGD ini akan dibuatkan analisis untuk dijadikan rekomendasi kepada Kemendikbud.
“Kita ingin ada rekomendasi kepada kementerian terkait empat isu yang akhir-akhir ini menjadi isu hangat di bidang pendidikan,” jelasnya di sela FGD yang digelar Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unesa itu, Rabu (21/12).
Perempuan yang juga menjabat Direktur Program Pendidikan Profesi Guru (P3G) Unesa ini mencontohkan, tentang Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Revitalisasi SMK itu harus menjadi perhatian berbagai bidang. Diperlukan roadmap atau peta jalan pengembangan SMK.
Peta jalan ini, lanjut Luthfiyah, nanti menjadi pedoman untuk pemetaan kebutuhan tenaga kerja SMK, kemudian juga untuk penyelarasan kurikulum SMK supaya link and match. “Revitalisasi SMK itu bisa  ke mana-mana. Dan ini sangat penting bagi pemerintah untuk menerima masukan,” terangnya.
Untuk strategi mengawal rekomendasi ini, Luthfiyah menggunakan jejaring yang sudah dimiliki Unesa ke kementerian. Selain itu ada Ikatan Guru Indonesia (IGI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), serta media massa yang bisa ikut bersama-sama menginformasikan hasil diskusi ini.
Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Warsono mengatakan, yang perlu disiapkan saat ini oleh dunia pendidikan adalah menghadapi perubahan zaman. “Perubahan itu ada. Tetapi apakah semua berubah? Tidak, ada sesuatu yang tetap. Ilmu yang kita pelajari sekarang mungkin beberapa tahun lagi berubah,” terang Warsono.
Warsono mengakui, penerapan Kurikulum 2013 sudah tepat. Kurikulum ini mengajarkan anak sejak kecil berpikir saintifik. Mulai mengidentifikasi pertanyaan, lalu mencoba mencari sumber data dan informasi untuk menjawab pertanyaan itu. Kemudian menganalisis data. “Cara berpikir kritis dan kreatif ini akan menghasilkan inovasi. Kalau sudah begini akan menghasilkan anak-anak yang produktif dan kreatif,” terangnya.
Kurikulum yang berubah-ubah itu, lanjut Warsono, sebenarnya mau ke mana arahnya. Seringkali pemangku kebijakan pendidikan ini tidak terfokus pada satu pertanyaan dasar. “Kalau saya lebih mengarahkan agar anak-anak belajar cara berpikir tingkat tinggi,” ujar Guru Besar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ini.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kota (Kadispendik) kota Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM bersama Kabid. Dikmenjur Drs. Sudarminto dan Kasi Kurikulum Dikmenjur Mamik Suparmi yang turut hadir pada FGD yang bertemakan “Rekonstruksi Pendidikan Indonesia Untuk Kemajuan Bangsa” mengutarakan semua guru dan kepala sekolah berupaya untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah.
”Bagi yang muslim ada wajib baca Al-Quran dan sholat Dhuha bersama dan yang non muslim mengikuti dengan kegiatan ibadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Tidak hanya itu, pendidikan karakter juga dilakukan dengan melatih jiwa dan mental siswa dengan kegiatan LDKS, Sekolah Kebangsaan, Kepramukaan, sampai Organisasi Pelajar Surabaya,” jelasnya.
Ikhsan mengungkapkan terkait full day school tanpa disadari sekolah di Surabaya telah banyak menerapkannya karena setelah kegiatan belajar mengajar selesai sekitar pukul 12.00 kemudian dilanjutkan dengan kegiatan ekstrakurikuler hingga pukul 15.00.
Berbicara ujian nasional, mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya tersebut menerangkan pada tahun ini Surabaya berhasil melaksanakan UNBK 100 persen.
Metodenya yakni pertama melakukan  klasifikasi sekolah yang mampu melaksanakan UNBK secara mandiri, klasifikasi antar sekolah dalam rumpun yayasan yang sama, klasifikasi antar sekolah dengan lokasi terdekat atau subrayon, kemudian alternatif terakhir yakni menyediakan testing center. [tam]

Tags: