Gelar Gus-Yuk Diduga Diperjualbelikan

finalisKota Mojokerto, Bhirawa
Ajang pemilihan Gus dan Yuk Kota Mojokerto yang digelar tiap tahun, diduga syarat dengan kecurangan. Kabar yang berkembang bagi peserta yang ingin naik ke panggung dan menyandang status Gus-Yuk, sarat dengan unsur kolusi dan harus ada uang pelican. Tak tanggung-tanggung untuk masuk finalis peserta harus membayar uang hingga puluhan juta rupiah.
Seorang sumber yang juga terlibat di ajang itu menyebutkan, untuk bisa naik panggung saat grand final, seluruh peserta harus membayar sejumlah uang. ”Nilainya minimal Rp15 juta, itu hanya untuk ongkos masuk grand final saja,” tandasnya.
Mantan Yuk Kota Mojokerto di era tahun 1990-an ini menambahkan, uang senilai Rp15 juta itu bukan secara otomatis memegang tropi juara. Melainkan hanya masuk grand final saja. ”Peserta yang sudah bayar, bisa dipastikan dia pulang dengan membawa piala,” terang perempuan berbodi seksi ini.
Mengkomersilkan tropi Gus Yuk, ujar sumber ini, memang cukup potensial. Pasalnya, piala yang ditawarkan oleh kepanitiaan cukup banyak. Mulai dari piala Duta Persahabatan, Duta Intelegencia, Best Talenta, hingga Best Costume. ”Untuk menjadi juara tarifnya bisa lebih dari itu,” ujarnya.
Pemberlakuan tarif yang tak murah ini sudah ramai menjadi rahasia umum di kalangan finalis Gus Yuk. Sehingga, finalis yang masuk ke grand final tak banyak yang mengandalkan kecerdasan, penampilan dan pengetahuan. Mereka hanya berbekal sedikit keberanian tampil di muka umum, bahasa asing yang pas-pasan, dan modal yang besar.
Untuk memburamkan penarikan uang di kalangan peserta, panitia mengubah prosentase penilaian. Jika semula penilaian intelegencia sebesar 70% dan penampilan senilai 30%, kini dibalik. ”Sekarang justru yang 70% nilai penampilan. Sedangkan 30% nilai intelegensianya,” tambahnya.
Dikonfirmasi hal ini, Kabag Pembangunan Pemkot Mojokerto, Wiwid Febrianto, selaku leading sector program ini mengaku bakal menelisik kebenaran kabar itu. ”Ini menjadi bahan evaluasi saya. Dan saya akan terjun untuk memastikan kabar itu,” tuturnya.
Mantan Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Mojokerto ini menyesalkan jika kabar ini benar. Pasalnya, anggaran untuk menjalankan program itu mencapai Rp80 juta.
Untuk mengantisipasi munculnya kabar miring itu, Wiwid bakal melakukan kunjungan ke berbagai daerah yang lebih sukses menggelar pemilihan duta promosi daerah. Mulai dari penganggaran hingga transparansi penilaian. ”Yang jelas, saya komitmen untuk meluruskan kabar ini. Agar semua berjalan lebih transparan,” pungkasnya.
Kalangan DPRD Kota Mojokerto memastikan bakal memanggil seluruh panitia dan bagian Pembangunan Pemkot Mojokerto sebagai leading sector acara rutin tahunan ini. Mereka menilai, pengelolaan acara yang buruk ini sebenarnya sudah terlihat sejak beberapa tahun terakhir.
Anggota Komisi III Bidang Kesra, Abdullah Fanani mengatakan, selama beberapa tahun terakhir kualitas Gus Yuk terus mengalami penurunan. ”Kualitasnya sangat diragukan,” terangnya.
Yang cukup mencolok, ujar politisi PKB ini, saat juara Gus Yuk Kota Mojokerto bertarung di laga Raka Raki Jatim. Dalam acara itu, penampilan Gus Yuk Kota Mojokerto selalu menuai cibiran dari masyarakat umum.
”Kalau ingin kualitas bagus, ganti saja semua panitia. Transparansi merupakan harga mati yang harus dijalankan,” tutur Fanani.
Dalam waktu dekat, Fanani memastikan bakal memanggil semua kepanitiaan untuk hearing di gedung dewan. ”Agar semua terbuka. Karena isu miring ini sudah bertahun-tahun,” pungkasnya.
Sementara itu, sumber lain menyebutkan, acara grand final yang digelar malam nanti, sudah bisa ditebak. Bahkan, mereka yang masuk ke panggung pun sudah bisa diterka. ”Saya yakin, pasti dari kalangan sanggarnya sendiri saja,” celetuknya.
Kepanitiaan dalam acara ini, memang diketuai seorang pemilik sanggar di kawasan Prajurit Kulon. Mereka yang memiliki sedikit potensi saja, sedikit polesan lalu bisa menjadi juara. ”Juri pun semuanya dikondisikan. Ini berbeda sewaktu saya masih menjadi peserta,” pungkasnya. [kar]

Rate this article!
Tags: