Gelombang Tinggi, KSOP Klas IV Probolinggo Warning Nelayan

Berkat Worning KSOP Nelayan Probolinggo tak berani melaut.

Pemkab Probolinggo, Bhirawa
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) klas IV Probolinggo mengeluarkan “Warning” dan imbauan nelayan baik kapal besar maupun kapal kecil. Itu menyusul informasi BMKG Jatim tentang peringatan dini gelombang tinggi 2-3 meter di Perairan Indonesia khususnya, wilayah Jawa Timur sejak 28.
Humas KSOP Klas IV Probolinggo, Herman Eko, Selasa 1/1 mengaku warning ini sudah diberikan melalui surat edaran berisi 7 imbauan. Selian itu, KSOP juga meminta nakhoda kapal penyeberangan pelabuhan Tanjung Tembaga-Pulau Gili, agar membatasi muatan penumpang hanya 20 orang kapal kecil dan 25 orang untuk kapal besar, selama gelombang tinggi, katanya.
“Kami dari KSOP tentunya meminta para nelayan, agar mentaati imbauan yang kami keluarkan ini. Tujuannya agar menghindari bahaya, yang menyebabkan kecelakaan di lautan. Tujuh imbauan itu akan berlaku hingga pihak BMKG mengeluarkan informasi terbaru nantinya. Sementara surat edaran bernomor UM.003/22/2/KSOP.Pbl 1-18 itu, diberikan KSOP pada Jumat 28/12 sebagai bahan panduan para pemilik kapal, nakhoda kapal dan operator kapal sebelum melaut.
Tujuh imbauan KSOP klas IV Probolinggo yakni, Pemenuhan terhadap kelayakan kapal, melakukan pemantauan kondisi kapal sekurang-kurangnya 6 jam sebelum pemberangkatan dan melaporkan hasilnya untuk memohon Surat Persetujuan Berlayar apabila kondisi cuaca membahayakan keselamatan. Meminta nelayan untuk menunda keberangkatan sampai kondisi benar-benar aman.
Selain itu selama berlayar nakhoda wajib melaporkan setiap 6 jam pada Stasiun Radio Pantai, memperhatikan alat-alat keselamatan seperti alat pemadam dan alat komunikasi radio kapal, apabila kapal dalam kondisi cuaca buruk, mencari tempat perlindungan yang aman dengan ketentuan kapal siap digerakkan dan setiap kapal yang bersandar untuk tetap melaporkan pada KSOP dan Stasiun Radio terdekat, paparnya.
Jumlah nelayan di Probolinggo ada sekitar 4 ribu orang. Meliputi 1.410 nelayan kapal kecil dan 400 nelayan kapal besar. Kencangnya angin gending, berdampak pada merosotnya hasil tangkapan nelayan di Probolinggo. “Tangkapan ikan belum maksimal, soalnya angin kencang dan cuaca sangat panas,” kata Ketua Paguyuban Nelayan Putera Samudera Mayangan Kota Probolinggo, Hambali, 1/1.
Menurutnya, dengan minimnya tangkapan ikan secara otomatis omset dari para nelayan berkurang. Dalam seharinya satu buah kapal bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp Rp 3-4 juta namun sekarang hanya memperoleh pendapatan Rp 2-2,5 juta. “Hal ini sudah dihadapi nelayan kurang lebih sekitar satu bulan lalu,” jelasnya.
Bahkan Hambali juga berharap agar hujan segera turun. Sehingga cuaca panas akan berkurang. “Sehingga nelayan bisa kembali normal bekerja,” ujarnya.
Cuaca buruk melanda Perairan Probolinggo sejak sebulan, membuat sebagian besar nelayan tak bisa melaut. Akibatnya, pasokan ikan laut ke sejumlah pasar tradisional minim dan kekurangan stok. Salah satunya di tempat pelelangan ikan (TPI) Paiton. Para nelayan masih enggan melaut. Harga ikan laut berbagai jenis langka dan harganya mahal, naik hingga 50 persen.
Lebih lanjut Hambali mengungkapkan, peristiwa naas yang menimpa Anak Buah Kapal (ABK) Cahaya Bahari Jaya, berdampak buruk bagi nelayan lain di Probolinggo. Para nelayan enggan melaut pasca tragedi itu. Apalagi mayoritas ABK belum diketemukan oleh tim SAR.
“Untuk saat ini kami memilih libur dulu, selain tangkapan ikan yang belum memuaskan, kami juga ketakutan dengan berita mayat nelayan yang mengapung. Serta tujuh ABK lainnya masih dalam pencarian,” tuturnya.
Selain rasa was-was, faktor cuaca yang tidak menentu juga menjadi alasan para nelayan untuk tidak melaut. Sehingga para nelayan memilih untuk libur dan melaut. “Karena sekarang itu terang bulan, jadi cuaca laut itu tidak akan menguntungkan para nelayan. Selain berhadapan dengan angin, kami juga akan berhadapan dengan ombak tinggi jika tetap melaut,” tandasnya.
Saat ini, di sela-sela libur kerja, para nelayan fokus memperbaiki jaring yang rusak. Serta membenahi bagian kapal yang rusak. “Kami fokus untuk memperbaiki kapal dan peralatan yang dibutuhkan jika melaut, seperti perbaikan jaring, mesin dan yang lainnya,” tambahnya. (Wap)